Menunggu Kepakan Sayap Garuda Muda Mengguncang Langit Paris

JAKARTA - "Berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku guncang dunia," petikan dari pidato Presiden Soekarno itu bukan isapan jempol belaka. Suara teriakan bahagia di setiap pelosok terdengar mengguncang langit saat tendangan bola bundar berwarna putih dari Timnas Indonesia masuk ke dalam gawang Korea Selatan.

Sebelas pemain sepak bola yang tergabung dalam Timnas Indonesia berhasil menyatukan perbedaan dari berbagai isu politik yang membosankan serta isu kriminalitas yang semakin di luar nalar.

Sepak bola modern merupakan mikroskopik kemajuan peradaban sebuah bangsa. Semakin maju peradaban sebuah bangsa, maka semakin maju pula sepak bola di negara tersebut. Sebab di satu sisi, pembangunan dan pengelolaan sepak bola modern menuntut nilai-nilai mentalitas, moralitas, dan intelektualitas yang tinggi. Sebuah negara yang maju pasti memiliki ketiga aspek tersebut dalam standart kualitas yang tinggi.

Beberapa negara yang memiliki tradisi kuat dalam dunia sepak bola seperti Brasil, Argentina, Belanda, Perancis, Jerman, Spanyol, Inggris, dan Italia tidak pernah kehabisan sumber daya pemain karena adanya regenerasi yang berjalan dengan baik.

Mengapa, misalnya, negara dengan populasi hanya 17 juta jiwa seperti Belanda tidak pernah kehabisan talenta sepakbola? Mengapa Italia dan Jerman tidak pernah kehabisan penjaga gawang yang superior? Mengapa Prancis tidak pernah kehabisan st

pemain-pemain berbakat di timnasnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sangat berkaitan dengan bagaimana sistem pembinaan dan penjaringan pemain muda dibangun dan dilaksanakan.

Regenerasi atau pembinaan dalam usia muda sangat dibutuhkan dalam dunia sepak bola. Selain pembinaan yang dimulai dari usia dini, ada dua faktor lainnya yang tidak bisa dinilai dengan sebelah mata, wasit dan pelatih.

Tingkatkan Kualitas Wasit, Optimis Sepak Bola Indonesia Berkibar!

Wasit merupakan Seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin pertandingan untuk pengambil keputusan dalam suatu pertandingan dan bekerja sama dengan asisten wasit dan ofisial keempat apabila ada penugasannya. Membenahi kualitas wasit yang ada di Indonesia dipercaya akan meningkatkan mutu dan kualitas liga berputar di tanah air.

Para suporter memadati kawasan Gelora Bung Karno untuk mengikuti nonon bareng semifinal Piala Asia U23 antara Timnas Indonesia melawan Uzbekistan, Senin (30/4/2024). (VOI/Ulfa Gusti Utami) 

Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir menyatakan pihaknya akan terus berupaya agar kualitas wasit PSSI berada di level tertinggi.Menurut Erick, perbaikan mutu kompetisi liga, baik liga 1 dan liga 2, harus pararel dengan meningkatnya kualitas kepemimpinan para pengadil di lapangan hijau sehingga kompetisi bisa berjalan bersih, fair, dan sesuai aturan pertandingan yang sesuai dengan standart nasional dan internasional.

"Saya pernah katakan, alasan saya memimpin komite wasit tak lain agar korps yang banyak disorot ini kualitasnya setiap saat menjadi lebih baik," kata Erick dalam keterangan tertulis yang diterima Senin, 6 Mei.

Keseriusan membenahi kualitas wasit-wasit liga di tanah air dibuktikan PSSI dengan menggandeng Japan Football Association (JFA) untuk memberikan pelatihan dan kursus bagi pemimpin pertandingan tersebut. Erick menegaskan selain menggandeng JFA, PSSI akan meminta FIFA untuk memberikan tambahan ilmu bagi wasit-wasit yang sudah dididik sebelumnya oleh JFA.

"Dengan melibatkan FIFA dan juga JFA, saya optimistis usaha-usaha untuk memulihkan citra wasit kita yang masih dianggap sebelah mata itu akan berhasil," jelas Erick Thohir.

Kursus penambahan ilmu untuk para wasit yang sudah terdidik terdiri dari mekanisme penilaian wasit, training wasit untuk asisten wasit Liga 1, sosialisasi laws of the game (LOTG), komite wasit dengan klub Liga 1 dan Liga 2, kursus dan penyegaran instruktur, serta seleksi wasit CI dan CII Putra Putri U-25. Kursus dan pelatihan bagi penilai wasit ini dilakukan PSSI pada pertengahan tahun kemarin. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas kompetensi liga 1 dan liga 2.

"Fokusnya pada dua poin utama, yaitu evaluasi dan analisasi terhadap penilaian kinerja wasit dan asisten wasit di Liga 1 hingga pekan ke-11. Mereka juga dipersiapkan untuk menilai wasit yang akan bertugas di Liga 2 pada 2023-2024," tegasnya.

Menteri BUMN ini menegaskan BUMN tidak ragu untuk terus mendukung aktivitas yang populer di tengah masyarakat, salah satunya melalui olahraga dan sepak bola. Dukungan itu merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN.

Persiapan Tim Guinea Menghadapi Garuda Muda U-23

Guinea U-23 sudah tiba di Paris (dok. Guinefoot).

Timnas Indonesia U-23 berhasil mencetak sejarah baru dengan lolos ke Piala Asia U-23 2024. Tidak hanya lolos, Garuda Muda mampu mengepakkan sayapnya menembus ke babak semifinal setelah menumbangkan raksasa Asia seperti Korea Selatan maupun Australia.

Ini perlu diapresiasi oleh semua rakyat Indonesia. Pun kalah dari Uzbekistan pada semifinal, Garuda Muda masih berpeluang menambah catatan prestasi lolos ke Olimpiade Paris 2024 walau merintis dari awal melawan Guinea pada tanggal 9 Mei mendatang.

Indonesia berhasil menjadi negara dengan kenaikan peringkat tertinggi berdasarkan ranking FIFA yang dirilis pada 4 April, yaitu dari peringkat ke-142 melesat ke posisi ke-134 dunia.

Pengamat sepak bola Indonesia Justinus Lhaksana mengatakan olahraga sepak bola berkembang sangat pesat di Indonesia setelah prestasi yang diukir tim nasional Indonesia pada kategori senior maupun U-23.

"Sepak bola benar-benar (berkembang) dahsyat sekali di Indonesia ini. Sebuah fenomena yang bahkan belum pernah saya lihat di negara lain," ujar pelatih yang akrab disapa Coach Justin itu seperti dikutip dari laman instagram pribadi: @coachjustinl di Jakarta, Senin, 6 Mei.

Mantan pelatih timnas futsal Indonesia itu mengatakan baru pertama kali melihat prestasi sepak bola Indonesia yang berkembang pesat baik timnas senior maupun U-23.

"Kenaikan peringkat itu tidak terlepas dari kemenangan timnas Indonesia atas Vietnam pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang digelar pada Maret, yang membuat Garuda mengoleksi 30,04 poin sehingga menjadi 1102,7 poin," katanya.

Prestasi Garuda Muda ini tentu membuat pelatih timnas Guinea harus berpikir ulang dan tidak menganggap sebelah mata timnas U-23 dari Indonesia. Demi mengalahkan Timnas Indonesia U-23, pelatih Timnas Guinea U-23, Kaba Diawara, memanggil pemain Barcelona Ilaix Moriba, Saidou Sow, Facinet Conte dan Ibrahim Diakite di playoff Olimpiade Paris 2024. Informasi ini resmi diungkap dalam akun seputar Timnas Guinea @Joueurs_GN.

"Mereka ialah Ilaix Moriba, Saidou Sow, Facinet Conte dan Ibrahim Diakite. Nama-nama ini bergabung demi mencoba meraih tiket Olimpiade Paris 2024,” lanjut laporan tersebut.

Dalam persiapannya, Diawara telah memantau Timnas Indonesia U-23 dan memberikan apresiasi terhadap kualitas tim tersebut. Menurutnya, Garuda Muda adalah tim yang terorganisir dengan baik dan memiliki tingkat disiplin yang tinggi. Ia juga mengakui bahwa Indonesia merupakan lawan yang tangguh.

Pertandingan Kamis, 9 Mei mendatang memiliki arti yang penting bagi kedua negara. Pasalnya kedua tim masuk ke babak playoff setelah sama-sama menduduki peringkat empat dalam Piala Asia U-23. Karena itu pertandingan tersebut akan berjalan dengan sengit dan menarik untuk disaksikan.

Timnas Indonesia Langsung ke Paris

Perjuangan Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024 memang sudah berakhir. Namun, upaya merebut tiket Olimpiade Paris 2024 masih berlanjut. Garuda Muda harus menghadapi wakil Afrika, Guinea U-23, pada laga playoff antarkonfederasi untuk merebut satu tiket tersisa ke Perancis.

Timnas Indonesia U-23 saat berlaga di Piala Asia U-23 2024 (dok. PSSI).

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam pernyataannya Senin (6/5/2024), menjelaskan bahwa para pemain memang langsung berangkat ke Prancis tanpa pulang dulu ke Tanah Air. Erick beralasan kondisi fisik tim akan menurun jika harus kembali dulu ke Tanah Air.

"Saya tanya mereka (para pemain) masih ingin bermain enggak? Mereka menjawab masih. Salah satunya saya bilang, tidak mungkin kita pulang (ke Indonesia) terus pergi lagi ke Prancis. Jika pulang dulu akan membuat stamina drop, apalagi banyak pemain yang masih cedera. Belum lagi cuaca di Prancis 11 derajat celsius yang jauh dibanding Qatar yang 22 sampai 33. Karena itu, saya menawarkan mereka langsung berangkat dan mereka mau," kata Erick.

Erick juga memaparkan keberangkatan timnas langsung ke Prancis diperlukan untuk penyesuaian demi melakukan persiapan optimal demi mewujudkan mimpi bermain di Olimpiade Paris. Erick menambahkan kesempatan Garuda Muda untuk bisa bermain pada Olimpiade Paris 2024 juga masih terbuka melalui laga melawan Guinea.

"Kita harus berjuang di pertandingan melawan Guinea. Kalau kita mengangkat bendera putih, ya sudah peluang kita ke Olimpiade hilang," katanya.

Timnas U-23 Indonesia masih memiliki kesempatan beraksi dalam dalam kompetisi olahraga tertinggi dunia di Paris melalui laga playoff melawan wakil dari Afrika itu pada 9 Mei mendatang. Guinea tampil di pertandingan ini karena berada di posisi keempat Piala Afrika U-23 pada 2023 lalu. Berdasarkan peringkat FIFA yang dirilis pada April 2024, Guinea menempati peringkat ke-76 FIFA dengan poin 1.324,65.