Peneliti Australia Berhasil Memetakan Respons Imun Manusia terhadap COVID-19
JAKARTA - Peneliti Australia telah berhasil memetakan respons imun dari salah satu pasien COVID-19 pertama di negaranya. Temuan ini menjadi batu loncatan besar dalam mengembangkan vaksin dan perawatan yang tepat bagi penderita COVID-19.
Melansir dari Reuters, para ilmuwan di Australia’s Peter Doherty Institute for Infection and Immunity, telah memetakan pola virus dari COVID-19. Di mana mereka meneliti sampel darah seorang wanita berusia 40 tahunan yang positif terinfeksi virus corona.
Dari penelitian tersebut, mereka akhirnya menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia merespons virus penyebab COVID-19 dengan cara yang sama saat mereka melawan flu.
Baca juga:
Temuan ini diharapkan dapat membantu para ilmuwan memahami mengapa beberapa pasien pulih dengan sendirinya. Sementara yang lain memiliki gejala yang berlanjut yaitu masalah pernapasan yang lebih serius, kata para peneliti.
"Orang-orang dapat menggunakan metode kami untuk memahami respons imun dalam menghadapi virus COVID-19 yang lebih besar dan juga memahami apa yang kurang pada mereka yang memiliki hasil fatal," kata Profesor mikrobiologi dan imunologi Katherine Kedzierska di University of Melbourne.
Ketika para peneliti memantau respons kekebalan pasien COVID-19 di Australia, mereka dapat memprediksi secara akurat kapan pasien tersebut akan pulih
Para peneliti tidak menyebutkan nama pasien dalam tes darah tersebut, tetapi mengatakan dia adalah warga negara Australia yang dievakuasi keluar dari Wuhan, pusat penyebaran wabah COVID-19 di China.
Menteri Kesehatan Greg Hunt menggambarkan perkembangan itu sebagai gambaran untuk dunia dan perkembangan utama dalam penelitian tentang penyakit ini.
"Ini tentang pelacakan cepat vaksin dengan mengidentifikasi kandidat mana yang paling mungkin berhasil. Ini juga tentang penelusuran terapi dan perawatan potensial untuk pasien yang sudah memiliki virus corona," ujar Menteri Hunt.
Kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di Australia sebanyak 1.323. Sebanyak 4 orang dinyatakan meninggal dan delapan orang berhasil sembuh dari virus tersebut.
Setidaknya 12 perusahaan farmasi di seluruh dunia sedang mengerjakan vaksin bagi virus corona. Biaya investasi untuk pengembangan vaksin ini diperkirakan mencapai 80 juta dolar AS.
Bahkan jika hasil penelitian dan uji coba berhasil, vaksin bagi virus corona baru bisa diproduksi satu tahun kemudian. Itu pun belum dengan persetujuan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) untuk mendistribusikan vaksin tersebut ke seluruh dunia.
Hingga kini COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 170.000 orang di seluruh dunia dan menewaskan sekitar 7.000 orang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar dari mereka yang terinfeksi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan.