Angkatan Luar Angkasa AS Melakukan Uji Coba Pertama Sistem Perang Darat untuk Melawan Serangan dari Luar Angkasa

JAKARTA - Angkatan Luar Angkasa AS telah mengambil langkah maju dengan melakukan uji coba pertama sistem perang di darat yang dirancang untuk melindungi pasukan militer dari serangan yang dimungkinkan oleh ruang angkasa.

Dikenal sebagai Remote Modular Terminal (RMT), sistem ini bertujuan untuk mengatasi potensi ancaman dari negara-negara seperti Rusia dan China, yang telah menunjukkan minat dalam menempatkan senjata nuklir di luar angkasa.

Komando Pelatihan dan Kesiapan Angkatan Luar Angkasa AS (Space Training and Readiness Command/STARCOM) telah mulai menguji Terminal Modular Jarak Jauh (RMT), alat pengganggu satelit yang dimaksudkan untuk melindungi pasukan dari serangan berbasis satelit.

Uji coba ini menyoroti respons AS terhadap meningkatnya kekhawatiran akan keamanan ruang angkasa, terutama karena negara-negara lain semakin mengeksplorasi kemungkinan penggunaan senjata di luar angkasa. RMT merupakan sistem pertahanan darat yang dirancang untuk melindungi pasukan AS dari serangan satelit yang dapat mengganggu komunikasi dan operasi militer.

“Suatu peristiwa ini menunjukkan visi baru Pelayanan untuk pengujian pengembangan terintegrasi dan operasional untuk memberikan kemampuan yang lebih relevan kepada Guardians respon lebih cepat,” kata Letnan Kolonel Gerrit Dalman dari Angkatan Luar Angkasa AS.

Dalam uji coba ini, sistem RMT dioperasikan di dua lokasi geografis yang terpisah dan dikendalikan dari tempat ketiga, menunjukkan fleksibilitas operasional yang tinggi. Angkatan Luar Angkasa AS menekankan bahwa ini adalah langkah signifikan dalam memperkuat pertahanan negara terhadap ancaman dari luar angkasa.

Jika berhasil, RMT akan memberikan perlindungan tambahan bagi pasukan AS, memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dan beroperasi secara efektif bahkan dalam situasi serangan dari ruang angkasa. Ini adalah langkah penting dalam mempertahankan keunggulan AS di bidang keamanan nasional dan menanggapi ancaman yang berkembang di lingkungan ruang angkasa.

Uji coba ini juga terjadi di tengah-tengah ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama antara AS, Rusia, dan China. Ketika Rusia dan China menunjukkan minat dalam penggunaan senjata di luar angkasa, termasuk senjata nuklir, langkah-langkah seperti pengembangan sistem RMT menjadi semakin penting bagi AS untuk menjaga keamanan dan kedaulatan nasionalnya.

Keberhasilan uji coba ini juga menyoroti pentingnya inovasi teknologi dalam menjaga keunggulan militer. Dengan menggunakan sistem yang dapat dioperasikan secara remote dan memiliki biaya yang relatif rendah, AS dapat mengamankan kepentingan nasionalnya tanpa harus mengorbankan kehidupan personel militer.

Dalam pidato di Simposium Angkatan Luar Angkasa tahunan Space Foundation awal bulan ini, Jenderal Chance Saltzman, CSO US Space  Force, mengatakan bahwa sangat penting bagi cabang militer terbaru AS untuk bekerja dalam kemitraan erat dengan industri komersial.

"Angkatan Luar Angkasa harus memanfaatkan manfaat inovasi teknologi dan kemampuan yang muncul jika kita ingin dapat bersaing dengan pesaing kita, atau Angkatan Luar Angkasa akan kalah, Angkatan Gabungan akan kalah, dan AS akan kalah," katanya.

"Sepanjang sejarah bangsa kita keberhasilan militer bergantung pada dukungan dari industri komersial," kata Saltzman.

Meskipun masih banyak yang perlu diuji dan dikembangkan lebih lanjut, langkah ini menunjukkan komitmen AS untuk mempertahankan keunggulan di ruang angkasa dan melindungi negara dari potensi ancaman di masa depan. Seiring dengan upaya-upaya lain dalam domain keamanan nasional, uji coba ini adalah langkah yang penting dalam memastikan kedaulatan dan keamanan AS di ruang angkasa yang semakin kompleks dan kompetitif.