Jakarta Street Jazz Festival 2024 Tawarkan Suasana Baru Menikmati Musik

JAKARTA - Untuk pertama kalinya, festival musik jazz yang dimainkan di jalanan akan digelar di Jakarta. Liberty Productions akan menyelenggarakan Jakarta Street Jazz Festival (JSJF) di Jalan Falatehan Blok M, Jakarta Selatan pada Minggu, 5 Mei mendatang.

Gelaran ini akan menghadirkan nama-nama besar di skena jazz nasional yang sudah sarta pengalaman, seperti Candra Darusman, Dwiki Dharmawan, Oele Pattiselano, Ermy Kulit, Atiek CB, Iga Mawarni, Syaharani, Mus Mujiono, Fariz RM, Agam Hamzah, Yance Manusama, dan Eddy Syakroni.

Tidak hanya itu, penyanyi dan musisi dari generasi yang lebih baru juga akan tampil, seperti Sandhy Sondoro, Tompi, Andien, Barry Likumahuwa Project, hingga Gugun Blues Shelter.

Andi Anita S Sutphin selaku Creative & Talent Director Liberty Productions menyebut gelaran JSJF terinspirasi dari festival musik di New Orleans, Amerika Serikat yang dikenal sebagai tempat lahirnya musik jazz. Bukan hanya festival musik, gelaran ini akan menjadi festival kebudayaan.

“Di New Orleans itu, festivalnya itu dibuat meriah dan di jalanan. Ada tarian, pawai, dan segala macam. Dari situ, kita coba buat festival jazz di Jakarta yang berbeda,” kata Andi Anita saat konferensi pers di Blok M, Jakarta Selatan, Jumat, 26 April.

JSJF akan menghadirkan tiga panggung musik dengan puluhan musisi yang akan tampil silih berganti. Tidak hanya musik, gelaran ini juga menghadirkan kesenian lain dan mengajak berbagai komunitas hingga UMKM untuk hadir.

Candra Darusman sebagai salah satu penampil yang sudah banyak terlibat di banyak festival musik jazz mengakui keunikan JSJF. Ia melihat musik jazz yang dimainkan di jalanan adalah terobosan tersendiri, mengingat jazz kerap diidentikkan dengan eksklusifitasnya.

“Festival musik jazz itu memang banyak, dan yang membedakan itu ya lokasinya. Saya kira JSJF ini berbeda karena ini bukan Cuma buat musisinya, tapi juga untuk UMKM dan hal lain yang ikut di sini,” ujar Candra.

“Musik jazz itu musik yang akrab, cair dan tidak formal, maka dengan itu pandangan jazz itu musik yang eksklusif bisa berubah menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Karena jazz itu dasarnya bisa berkolaborasi dengan apa aja,” lanjutnya.

Senada dengan apa yang sudah disebutkan, Fariz RM melihat gelaran ini menjadi unik karena diselenggarakan di akhir pekan.

“Menambahkan yang sudah disampaikan, saya rasa ini unik karena mainnya di hari Minggu. Jadi bayangkan orang tua sama anaknya bisa datang dan menikmati Jakarta dari pagi sampai sore,” kata Fariz.

Adapun, JSJF yang digelar bekerjasama dengan pemerintah setempat akan menutup Jalan Falatehan selama gelaran berlangsung. Masyarakat dapat hadir tanpa harus membeli tiket masuk. Gelaran ini juga menjadi bagian dari upaya untuk mendukung kesadaran akan lingkungan hidup.

“Acara ini kan digelar bersamaan dengan car free day, jadi kita mendukung agenda Pemda Jakarta untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik,” kata Andi Anita.