Peran AI dalam Meningkatkan Deteksi dan Respons terhadap Ancaman Siber
JAKARTA - Perkembangan dan adopsi kecerdasan buatan (AI) dan Large Language Model (LLM), memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan teknologi di berbagai sektor industri di Indonesia.
Mengingat AI memiliki kemampuan untuk mengelola kumpulan data yang sangat luas dan kompleks, maka AI merupakan alat yang ampuh untuk mendeteksi dan mengatasi ancaman siber yang terus berkembang secara efisien.
Steven Scheurmann, Regional Vice President ASEAN, Palo Alto Networks mengatakan bahwa organisasi di Indonesia perlu mempersiapkan dan mencegah potensi ancaman siber dengan memprioritaskan otomatisasi prosedur keamanan siber yang sudah ada dengan memanfaatkan AI.
Untuk itu, Palo Alto Networks merekomendasikan beberapa manfaat penerapan AI sebagai bagian dari pertahanan siber dalam organisasi:
Deteksi dan Pencegahan Ancaman Tingkat Lanjut: Dengan memanfaatkan AI, organisasi dapat mengotomatisasi sistem deteksi dan respons terhadap pola dan perilaku yang tidak biasa, yang membantu memprediksi pelanggaran dan anomali keamanan.
Peningkatan Waktu Respons Insiden: AI secara signifikan meningkatkan waktu respons insiden dengan mengotomatiskan proses, merampingkan respons insiden, dan memberikan ringkasan insiden. Dengan demikian, organisasi juga bisa mengurangi dampaknya.
Baca juga:
Mengurangi Waktu Henti Operasional: AI memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi potensi ancaman dan mengambil tindakan proaktif untuk mencegah waktu henti yang merugikan melalui analisis prediktif dan pemecahan masalah secara otomatis.
Menjaga Kepercayaan Publik dan Meningkatkan Reputasi Organisasi: AI memungkinkan organisasi untuk secara efektif mengkomunikasikan tindakan yang diambil dalam menanggapi potensi pelanggaran dan menjaga kepatuhan terhadap peraturan keamanan sehingga publik bisa lebih percaya.
Meski perusahaan berhasil mengimplementasikan AI ke dalam sistemnya, Palo Alto Networks juga menegaskan perlunya sumber daya manusia yang mumpuni.
"Perusahaan tetap perlu melatih sumber daya manusianya untuk menggunakan perintah khusus yang dapat membantu mengatasi masalah agar integrasi dapat berjalan dengan mulus. Kita semua harus semakin cerdas dalam menggunakan AI,” tutup Steven.