KLHK Sebut Lahan Bekas Tambang yang Dipulihkan Mencapai 265.792 Ha

JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, sepanjang 2023 ada 233 perusahaan yang memberikan kontribusi pemulihan lahan bekas tambang seluas 265.792 hektare (ha).

Selain itu, ada enam perusahaan yang memulihkan lahan bekas tambang telantar seluas 76,8 ha.

Menteri LHK Siti Nurbaya menyebut, pemerintah terus mendorong pengelolaan gambut, pemulihan kerusakan lahan hingga pengembangan sistem informasi pemantauan kualitas lingkungan. Pemulihan lokasi bekas tambang yang masih memiliki fungsi lingkungan merupakan salah satu contohnya.

"Konsep ini kemudian direplikasi dan hingga 2023 dengan melakukan pemulihan lahan bekas tambang di 25 lokasi dengan total luasan 235 hektare," ujar Siti dalam Festival Pengendalian Lingkungan 2024 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, ditulis Rabu, 24 April.

Siti mendorong, seluruh lapisan masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk mengatasi pencemaran dan pemulihan lingkungan.

Dia mengatakan, kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan akademisi diharapkan dapat menciptakan kebijakan, teknologi serta praktik yang berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Situ Nurbaya menambahkan, replikasi program pemulihan lingkungan juga dilakukan melalui kemitraan dengan perusahaan melalui program PROPER.

Program ini diharapkan dapat mereplikasi habitat dan pemeliharaan keanekaragaman hayati.

Dalam kesempatan tersebut, Siti juga menjelaskan terkait pengembangan sistem informasi dan pemantauan kualitas lingkungan.

Ada dua sistem yang dikembangkan, yaitu informasi tentang kualitas udara disajikan dalam bentuk perhitungan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dan pemantauan kualitas air otomatis (Onlimo).

Sejak 2016 silam, KLHK telah mengembangkan sistem pemantauan kualitas udara dan kualitas air yang mengutamakan produksi dalam negeri.

Hasilnya telah terbangun stasiun pemantauan kualitas sebanyak 194 unit selama 2015-2023.

Sementara jumlah stasiun yang terintegrasi sebanyak 154 unit serta telah dibangun 68 unit Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA).

Selain itu dikembangkan juga sistem yang langsung memantau air limbah dan emisi udara dari industri.

Hingga 2023, jumlah industri yang telah terkoneksi sistem pemantauan kualitas air limbah sebanyak 370 industri dari total 486 industri.

Jumlah industri yang telah terintegrasi ke dalam sistem pemantauan emisi udara sebanyak 310 cerobong dari 122 industri.

"Banyak titik-titik balik yang telah kami lakukan bersama untuk melakukan perbaikan, menemukan cara baru untuk penyelesaian masalah dan peningkatan kinerja yang semakin akuntabel dan terukur," katanya.