Teknik Pemeriksaan Mandibula: Berikut Penjelasan Lengkapnya

YOGYAKARTA - Teknik pemeriksaan Mandibula (rahang bawah) pada pasien biasanya dari keluhan yang berupa nyeri area mandibula, wajah yang tidak simetris, anastesi pada bibir bawah, dan gangguan mengunyah. Pada pemeriksaan fisik biasanya bakal dilakukan inspeksi dan pemeriksaan range of motion (ROM) mandibula.

Teknik Pemeriksaan Mandibula

1. Anamnesis

Melansir dari artikel yang ditulis olehl dr. Raehana, Keluhan pasien biasanya yaitu nyeri di area mandibula, wajah asimetris/deformitas, disfagia, maloklusi, trismus, serta anestesi pada bibir bawah. Anamnesis utama selanjutnya yaitu riwayat trauma pada maksilofasial, di mana mekanisme serta pemicu fraktur wajib ditanyakan dengan jelas supaya diketahui kemungkinan area mandibula yang alami fraktur.

2. Pemeriksaan Maloklusi

Metode termudah buat mengetahui maloklusi yaitu dengan menanyakan pasien sanggup menggigit dengan normal ataupun tidak. Gigitan yang normal yaitu gigi maksila berada lebih dekat ke arah labial ataupun buccal ketimbang gigi mandibula. Sedangkan gigitan yang tidak normal jika gigi maksila bagian anterior atau posterior lebih dekat ke arah lidah.

Tidak hanya itu, maloklusi pula dapat dinilai dari posisi gigi maksila terhadap gigi mandibula. Kondisi yang normal merupakan gigi maksila anterior lebih maju 2−3 mm dari gigi mandibular. Bila jarak lebih ataupun kurang dari keadaan normal, maka mandibula alami maloklusi.

Intervensi bedah bisa dipertimbangkan berdasarkan adanya maloklusi. Bila maloklusi tidak bisa dinilai dari anamnesis akibat pasien tidak sadar, tidak bisa berkomunikasi, ataupun terintubasi, maka evaluasi bisa dilakukan dengan memakai riwayat rekam medis dental pasien.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik fraktur mandibula wajib dimulai dengan penilaian kestabilan airway, breathing, serta circulation. Pada trauma kepala, termasuk bagian wajah, wajib dipastikan tidak ada sumbatan jalan napas. Tidak hanya itu, perhatikan adanya perdarahan masif, trauma cervical, serta trauma intrakranial.

Sehabis kondisi kedaruratan teratasi, penilaian fraktur mandibula dilakukan dengan inspeksi, palpasi, sensasi, serta range of motion (ROM).

4. Inspeksi

Ciri fraktur mandibula yakni ekimosis pada dasar mulut. Terdapatnya laserasi intraoral, kerusakan jaringan lunak, serta hematoma pada area fraktur bisa meningkatkan resiko infeksi.

Gigi nampak tidak intak ataupun rusak wajib dipertimbangkan buat dilakukan ekstraksi gigi. Indikasi ekstraksi gigi antara lain luksasi, patah, serta karies yang bisa tingkatkan terbentuknya peradangan. Tidak hanya itu, gigi bawah yang hilang pula mengindikasikan adanya fraktur mandibula.

5. Palpasi

Buat memperhitungkan mobilitas fragmen fraktur, dilakukan palpasi bimanual pada zona fraktur. Bila saat pengecekan ditemui mobilitas yang terbatas serta tidak ada maloklusi, maka fraktur dikatakan stabil serta bisa ditangani secara konservatif.

6. Pemeriksaan Sensasi

Trauma nervus alveolar sangat kerap terjadi pada fraktur angle mandibula, yang bakal memberikan gejala hipoestesi hingga anestesi pada bibir bawah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengecekan sensasi saat sebelum tindakan pembedahan, supaya bisa dibedakan apakah trauma nervus alveolar berlangsung sebab fraktur mandibula ataupun komplikasi pasca pembedahan.

7. Pemeriksaan Range of Motion (ROM)

Pemeriksaan range of motion (ROM) pada fraktur mandibula digunakan buat memastikan terdapatnya temporomandibular joint disease (TMD). Salah satu pemicu terbentuknya TMD adalah fraktur mandibula. Biasanya penderita bakal mengeluhkan nyeri pada temporomandibular joint (TMJ) ataupun mandibula.

Nyeri tersebut bisa menjalar ke kepala ataupun leher serta diperberat apabila mengunyah, menguap ataupun berbicara. ROM pada TMJ dikatakan normal apabila mulut bisa membuka sampai 35‒45 mm. bila mulut cuma dapat membuka<25 mm, maka mungkin ada kendala pada TMJ ataupun mandibula.

Pemeriksaan Penunjang

Pasien dengan kecurigaan fraktur mandibula wajib dilakukan pengecekan radiografi buat memastikan terapi, lokasi fraktur, serta prognosis.

Rontgen Mandibula

Rontgen mandibula yang perlu dilakukan yaitu:

  • Posteroanterior view: melihat fraktur pada zona angle serta ramus
  • Anteroposterior view (Towne view): melihat fraktur pada zona condyles
  • Bilateral oblique view: melihat fraktur pada zona angle serta horizontal branch
  • Panoramic view: mempunyai sensitivitas lebih besar (70−92%) dalam memperhitungkan fraktur mandibula daripada 3 posisi di atas (66%).

CT-Scan Mandibula

Pada keadaan curiga fraktur mandibula multiple, pencitraan yang sangat baik yaitu multislice spiral computed tomography (MSCT). Sensitivitas MSCT dalam memperhitungkan fraktur mandibula bisa mencapai 100%.

Selain itu kalian perlu mengetahui “Tips Menambah Aksen pada Garis Rahang” yang bisa dilakukan oleh pria maupun wanita.

Jadi setelah mengetahui teknik pemeriksaan mandibula, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!