Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya

JAKARTA - Ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016, Bambang Brodjonegoro menjelaskan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap semua mata uang termasuk nilai tukar rupiah karena pasar tergocek terhadap kebijakan suku bunga The Fed.

“Kenapa dolar menguat ke semua mata uang? Karena semua pihak ‘kecele’ karena mereka menyangka The Fed akan segera memotong suku bunga,” kata Bambang dalam acara 'Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI' yang diadakan oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter, Senin, 15 April.

Menurut Bambang, keputusan The Fed yang akan memangkas suku bunga sebenarnya telah terprediksi tidak akan terjadi pada pertengahan tahun ini karena tingkat inflasi di AS masih diatas target The Fed. Demikian juga yang terjadi di Jepang.

Bambang mengatakan kondisi eksternal menjadi penyebab utama nilai tukar rupiah mengalami pelemahan.

Bambang menilai The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan lebih lama karena tingginya dampak dari eskalasi konflik Timur Tengah.

Menurut Bambang kebijakan tersebut secara tak langsung akan turut memberikan dampak terhadap nilai tukar rupiah dan perekonomian Indonesia.

"Jadi intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan," katanya.

Bambang menilai sebagai langkah antisipasi hal tersebut, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah.

"Tapi juga BI tidak mungkin menggunakan cadangan dolar begitu saja untuk melakukan intevensi karena akibatnya akan fatal," jelasnya.

Bambang menyampaikan bahkan jika BI mengambil langkah untuk menaikan suku bunga bukan merupakan langkah yang tepat mengingat kondisi dolar AS saat ini yang menguat terhadap hampir semua mata uang negara lainnya sebagai akibat tingkat bunga yang tinggi.

"Ditambah sekarang gara-gara Iran-Israel ini, investor seperti biasa akan mencari save haven. Tempat paling aman itu selalu dua, satu mata uang US dollar, satu US treasury bond," pungkasnya.