Soal Bobot Baterai EV, Bos Stellantis: Dekade Berikutnya Beratnya Harus 50 Persen Lebih Ringan

JAKARTA - Seiring dengan perkembangan industri elektrifikasi, sejumlah produsen otomotif berlomba-lomba untuk berinovasi menghadirkan kendaraan listrik (EV) dengan jarak tempuh mengesankan.

Selain daya jangkau yang menjadi perhatian, bobot baterai juga menjadi salah satu sorotan lainnya dalam perkembangan EV. Perusahaan otomotif dituntut untuk merakit baterai yang lebih ringan agar dapat menekankan biaya produksi dengan harga jual lebih terjangkau dan lebih ramah lingkungan.

CEO Stellantis Carlos Tavares dalam Freedom of Mobility Forum, mengatakan untuk ini pembuat mobil harus membuat sebuah terobosan dalam hal kepadatan daya sel.

Ia juga menyoroti bahwa paket baterai saat ini yang menawarkan jarak tempuh 400 km kini membutuhkan rata-rata berat 500 kg dan menjadi pekerjaan rumah bagi pabrikan untuk membuatnya menjadi lebih ringan.

“Saya pikir dalam dekade berikutnya kita akan mampu mengurangi bobot paket baterai sebesar 50 persen, sehingga mengurangi penggunaan bahan mentah tambahan sebesar 50 persen pada kendaraan konvensional," kata Tavares dikutip dari Reuters, Kamis, 4 April.

Tavares menambahkan hal ini juga membantu memecahkan masalah pada kelangkaan lithium yang merupakan elemen kunci dalam sebagian besar baterai pada EV saat ini.

Selain itu, pria asal Portugal tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak melihat energi alternatif seperti hidrogen sebagai solusi mobilitas lainnya karena biaya yang dikeluarkan sangat tinggi meskipun sistem ini dapat menghasilkan udara yang bersih.

“Dalam waktu dekat, hidrogen akan menjadi solusi bagi armada perusahaan besar, namun tentu saja tidak bagi masyarakat umumnya,” nilai Tavares.