Mudik Lebaran 2024, Waspada Covid-19 dan Flu Singapura Mengancam Kesehatan
JAKARTA - Anggota bidang kajian penanggulangan penyakit menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengatakan, perubahan iklim berisiko untuk kesehatan kerumunan mudik.
"Kalau Anda berisiko mudah terinfeksi seperti orang tua, orang dengan komorbid, punya risiko untuk tertular (penyakit), kita harus sadar diri saja untuk memakai masker," kata Erlina dalam diskusi daring "Menjelang Mudik Lebaran"Rabu 27 Maret.
Erlina mengatakan musim hujan juga berpotensi menurunkan sistem imunitas pada sebagian orang. Menurutnya, kerumunan saat mudik adalah saat orang perlu meningkatkan kewaspadaan, termasuk menjaga tubuhnya tidak tertular penyakit yang dapat menyerang saluran pernapasan seperti Covid-19 atau penyakit flu Singapura yang kasusnya sedang meningkat oleh adanya infeksi coxsackievirus.
Terkait coxsackievirus, modus penularan cukup banyak. Umumnya adalah kontak langsung dengan penderita lewat ruam lenting pada kulit yang terbuka (pecah) atau cairan droplet menyentuh mulut dan rongga mulut kita, atau lewat makanan yang masuk ke mulut.
Penyakit itu membuat penderitanya demam, batuk dan sakit tenggorokan dengan masa inkubasi rata-rata 10 sampai 14 hari.
Kematian akibat penyakit ini masih sangat jarang terjadi, tingkatnya masih di bawah penyakit cacar monyet yang angka kematiannya antara tiga sampai enam persen.
“Prinsip penanganannya adalah bersifat suportif dan pemberian obat sesuai gejala. Karena belum ada vaksin untuk flu Singapura, pastikan melakukan etika ketika batuk dan kurangi kontak langsung dengan individu lain serta sterilisasi tangan dan jaga higienitas tubuh dengan mandi setiap hari,” ujarnya.
Menurut Erlina, hingga pekan ke-11 2024, Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 5.461 orang terjangkit flu Singapura di Indonesia.
Baca juga:
Dia menambahkan, Dinas Kesehatan Banten melaporkan 738 kasus flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024.
Dinkes Depok melaporkan 45 kasus suspek flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024, 10 pasien di antaranya dirawat di satu rumah sakit.