Waspada, Ini 6 Contoh Perilaku Kodependensi dalam Hubungan Percintaan

JAKARTA - Hubungan yang sehat adalah tentang membangun keseimbangan antara kepedulian terhadap orang lain dan diri sendiri.

Ketika terjadi ketidakseimbangan, kodependensi dapat muncul karena individu terlalu memprioritaskan kebutuhan orang lain dan mengabaikan kesejahteraannya sendiri. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapatkan identitas dan penerimaan dapat mengarah pada batasan yang buruk.

Berikut ini enam contoh kodependensi dalam hubungan percintaan dan cara mengatasinya, dilansir dari laman Psych Central, Selasa, 26 Maret.

Takut ditolak

Seseorang dengan kodependensi sangat takut terhadap penolakan, sehingga menyebabkan dia terus-menerus mencari persetujuan untuk validasi diri. Ketakutan ini terwujud dalam sikap menyenangkan orang lain atau enggan menunjukkan perasaan yang sebenarnya.

Misalnya, Anda mungkin mengatakan ya kepada orang lain padahal sebenarnya Anda tidak setuju. Anda cenderung mengorbankan diri sendiri demi orang lain. Kebiasaan yang didorong oleh rasa takut ini menghambat hubungan dan pertumbuhan diri. Dan menciptakan ketergantungan berlebihan pada orang lain.

Tidak bisa sendiri

Individu dengan kodependensi sering kali mengalami kesulitan saat sendirian karena rasa takut yang mendalam akan ditinggalkan dan ketergantungan pada orang lain untuk mendapatkan rasa identitas dan harga diri. Hal ini dapat menyebabkan Anda terus-menerus mencari teman atau aktivitas untuk menghindari kesendirian, karena takut akan perasaan hampa.

Menghindari konflik

Individu dengan kodependensi seringkali menghindari konflik untuk menjaga keharmonisan dan menghindari potensi penolakan. Misalnya, Anda mungkin menghindari memberi tahu pasangan atau anggota keluarga bahwa Anda tidak senang dengan tindakan mereka, karena khawatir hal itu dapat menimbulkan masalah. Mencoba menjaga situasi agar selalu baik-baik saja bisa berarti menahan perasaan dan kedepannya bisa berpotensi gagal mengatasi masalah-masalah penting.

Kesulitan menetapkan batasan

Individu dengan kodependensi merasa sulit menetapkan dan mempertahankan batasan yang sehat dengan orang lain, sehingga menyebabkan perasaan kewalahan atau dimanfaatkan.

Misalnya, Anda mungkin merasa sulit menolak tanggung jawab pekerjaan tambahan, bahkan ketika Anda terbebani, karena takut mengecewakan orang lain. Kesulitan dalam menetapkan batasan dapat mengakibatkan pengorbanan diri berlebihan dan terganggunya kesejahteraan diri.

Masalah pengendalian

Individu dengan kodependensi sering mengalami kesulitan dengan masalah kontrol yang tidak kentara, berusaha diam-diam mengelola orang lain atau situasi untuk mengurangi kecemasan mereka sendiri.

Misalnya, Anda mungkin mendapati diri terus-menerus memeriksa ponsel pasangan atau mendiktekan dengan siapa mereka dapat menghabiskan waktu. Kebutuhan yang kuat akan kendali ini bisa berasal dari ketakutan bahwa hilangnya kendali dapat membahayakan stabilitas hubungan Anda.

Kehilangan identitas pribadi

Orang yang mengalami kodependensi seringkali kurang memiliki rasa percaya diri yang kuat, dan sering kali mendefinisikan dirinya melalui hubungan.

Sebuah penelitian kecil memperkuat hal ini, mengungkapkan bahwa individu dengan kodependensi kesulitan untuk mendefinisikan diri mereka sendiri, berperilaku seperti 'bunglon' dan merasa kurang stabil. Ciri-ciri ini berkontribusi terhadap ketidakseimbangan dalam berbagai bidang kehidupan.

Hal ini terutama terlihat dalam hubungan di mana beradaptasi secara berlebihan agar sesuai dengan pendapat dan perilaku orang lain dapat mengakibatkan hilangnya jati diri.