Saat Kadar Protein Tubuh Sangat Rendah, Kenali Gejala dan Penyebab Hipoproteinemia
YOGYAKARTA – Terlalu rendah atau tingginya protein dalam darah memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Hipoproteinemia adalah kondisi di mana kadar protein dalam darah terlalu rendah. Gejala hipoproteinemia bisa dikenali saat mudah lelah, tubuh lemah, dan rentan infeksi. Maka cara cegah mengalami hipoproteinemia, yaitu dengan mengonsumsi cukup makanan berprotein.
Bagi tubuh, protein sangat penting. Perannya signifikan dalam membentuk tulang, otot, kulit, dan hampir setiap organ tubuh membutuhkan protein. Protein diperoleh tubuh lewat makanan. Namun protein dari makanan tidak bisa disimpan tubuh dalam waktu yang panjang. Sehingga terdapat anjuran memenuhi kebutuhan harian makanan berprotein.
Gejala hipoproteinemia
Di negara berkembang, hipoproteinemia jarang terjadi. Tetapi orang yang menjalani diet tertentu dapat mengalaminya. Seseorang yang mengalami hipoproteinemia, mengalami kelemahan dan kelelahan. Meskipun gejalanya bervariasi, mulai ringan hingga berat, melansir Medical News Today, Selasa, 5 Maret, termasuk berikut:
- Kelelahan dan kelemahan
- Infeksi virus atau bakteri berulang
- Rambut rontok, mudah patah, dan menipis
- Kuku rapuh dan kulit kering
- Suasana hati mudah berubah dan mudah tersinggung
- Mengidam makanan kaya protein
Namun ternyata, gejala kekurangan protein tubuh juga bisa jadi tanda mengidap penyakit lainnya. Termasuk anemia atau masalah sistem kekebalan tubuh. Maka untuk memastikan diagnosa, penting periksa ke dokter untuk melakukan sejumlah tes medis sebelum mendapat rekomendasi perawatan serta pengobatan.
Penyebab hipoproteinemia
Kondisi kesehatan memengaruhi sistem pencernaan atau penyerapan serta penggunaan protein dari makanan. Hal tersebut ternyata menyebabkan seseorang mengalami hipoproteinemia. Lebih jelasnya, berikut penyebab hipoproteinemia:
- Pola makan
Membatasi asupan makanan berprotein dengan ketat, dapat menyebabkan tubuh kurang protein. Hipoproteinemia dapat berhubungan langsung dengan pola makan seseorang, terutama jika seseorang tidak mengonsumsi cukup kalori atau menghindari kelompok makanan tertentu.
Selain itu, wanita selama hamil membutuhkan lebih banyak protein daripada biasanya. Protein ini untuk perkembangan janin. Kalau tidak mendapatkan cukup kalori dari sumber protein, akan berisiko terkena hipoproteinemia. Orang dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, juga seringkali tidak mendapatkan protein cukup. Tambah lagi orang yang menjalani diet ketat.
- Gangguan hati
Hati berperan penting dalam memproses protein dalam tubuh. Kalau perannya tidak maksimal, atau hati tidak berfungsi normal, mungkin tidak mendapatkan cukup protein. Ini dapat terjadi pada orang dengan kelainan hati, termasuk hepatitis dan sirosis.
- Masalah ginjal
Ginjal berfungsi menyaring limbah dari darah lalu dibuang lewat urin. Kalau ginjal tak berfungsi dengan baik, akan membiarkan protein dalam aliran darah. Ini mungkin terjadi pada orang hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal tertentu. Akibatnya, akan mengalami kombinasi hipoproteinemia dan proteinuria atau protein dalam urin.
Baca juga:
- Penyakit Celiac
Penyakit autoimun, disebut Celiac, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel-sel di usus kecil. Reaksi ini terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan mengandung gluten atau protein yang terdapat dalam gandum, rye, dan barley. Kerusakan autoimun ini, menyebabkan berkurangnya penyerapan nutrisi, termasuk protein.
- Penyakit radang usus
Penyakit radang usus terjadi ketika usus kecil mengalami peradangan. Pada bagian usus kecil inilah, tubuh memecah banyak nutrisi penting sekaligus menyerapnya. Kerusakan pada usus kecil, dapat menyebabkan kekurangan nutrisi termasuk hipoproteinemia.
Karena disebabkan banyak faktor, penting untuk menjalani tes dan mendapatkan diagnose medis. Terutama ketika mengalami gejala hipoproteinemia yang telah dijelaskan di atas.