Ingatkan Risiko Perang Nuklir, Presiden Putin Sebut Rusia dapat Menyerang Sasaran di Negara Barat
JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada negara-negara Barat pada Hari Kamis, mereka berisiko memicu perang nuklir jika mengirim pasukan untuk berperang di Ukraina, memperingatkan Moskow memiliki senjata untuk menyerang sasaran di Barat.
Berbicara kepada anggota parlemen dan anggota elite negara lainnya, Presiden Putin mengulangi tuduhannya, Barat bertekad melemahkan Rusia, menyatakan para pemimpin Barat tidak memahami betapa berbahayanya campur tangan mereka dalam urusan dalam negeri Rusia, yang dianggapnya sebagai urusan dalam negeri.
Dia mengawali peringatan nuklirnya dengan merujuk secara spesifik pada sebuah gagasan, yang dilontarkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Hari Senin, mengenai anggota NATO Eropa yang mengirim pasukan darat ke Ukraina, sebuah saran yang dengan cepat ditolak oleh Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan negara-negara lain.
"(Negara-negara Barat) harus menyadari bahwa kita juga mempunyai senjata yang dapat mengenai sasaran di wilayah mereka. Semua ini benar-benar mengancam konflik dengan penggunaan senjata nuklir dan penghancuran peradaban. Tidakkah mereka mengerti?!" kata Presiden Putin, melansir Reuters 29 Februari.
Berbicara menjelang pemilihan presiden pada 15-17 Maret mendatang, Ia memuji apa yang ia katakan sebagai persenjataan nuklir Rusia yang sangat modern dan terbesar di dunia.
"Kekuatan nuklir strategis berada dalam kondisi kesiapan penuh,' katanya, seraya mencatat bahwa senjata nuklir hipersonik generasi baru yang pertama kali dibicarakannya pada tahun 2018 telah dikerahkan atau berada pada tahap di mana pengembangan dan pengujian sedang diselesaikan.
Presiden Putin menyarankan para politisi Barat untuk mengingat kembali nasib orang-orang seperti Adolf Hitler dari Nazi Jerman dan Napoleon Bonaparte dari Prancis yang gagal menginvasi Rusia di masa lalu.
"Tetapi kini konsekuensinya akan jauh lebih tragis," kata Presiden Putin.
"Mereka menganggapnya (perang) adalah sebuah kartun," lanjutnya, seraya menuduh para politisi Barat melupakan arti perang yang sebenarnya karena mereka tidak menghadapi tantangan keamanan yang sama seperti yang dihadapi Rusia dalam tiga dekade terakhir.
Dalam kesempatan tersebut Presiden Putin juga mengatakan, Moskow terbuka untuk berdiskusi mengenai stabilitas strategis nuklir dengan Amerika Serikat, namun menyatakan Washington tidak memiliki minat yang tulus dalam pembicaraan tersebut dan lebih fokus pada membuat klaim palsu mengenai dugaan tujuan Moskow.
Baca juga:
- Presiden Brasil Lula Berharap Joe Biden Menangi Pemilihan Presiden AS 2024
- Pemerintah Korea Selatan Kerahkan Dokter Militer ke Rumah Sakit di Tengah Mogok Massal
- Presiden Komisi Eropa Usulkan Penggunaan Aset Rusia yang Dibekukan untuk Beli Pasokan Militer Ukraina
- Ismail Haniyeh Sebut Hamas Fleksibel dalam Bernegosiasi, Tapi Juga Siap untuk Terus Berperang
"Baru-baru ini terdapat semakin banyak tuduhan yang tidak berdasar terhadap Rusia, misalnya bahwa kami diduga akan mengerahkan senjata nuklir di luar angkasa. Sindiran seperti itu adalah sebuah taktik untuk menarik kami ke dalam negosiasi mengenai persyaratan mereka, yang hanya menguntungkan bagi Rusia. Amerika Serikat," katanya.
"Menjelang pemilihan Presiden AS, mereka hanya ingin menunjukkan kepada warganya dan semua orang bahwa mereka masih menguasai dunia," tandasnya.
Diketahui, perang di Ukraina telah memicu krisis terburuk dalam hubungan Moskow dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Presiden Putin sebelumnya telah berbicara tentang bahaya konfrontasi langsung antara NATO dan Rusia.