China Dukung Gencatan Senjata di Gaza saat Ramadan

JAKARTA - China mendukung dihentikannya aksi militer Israel di Jalur Gaza selama Ramadan yang akan dimulai pada 10 Maret 2024.

"China mendukung semua upaya diplomatik yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dan mengatasi krisis kemanusiaan. Kami menyerukan kepada semua pihak yang berkepentingan untuk segera menghentikan pertempuran," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China dilansir ANTARA, Kamis, 29 Februari.

Pada Senin (26/2) Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan Israel terbuka atas kemungkinan untuk gencatan senjata di Jalur Gaza selama bulan Ramadan untuk membebaskan sandera yang tersisa di sana.

Dalam wawancara televisi, Presiden Biden juga mengatakan bahwa apabila kesepakatan pertukaran sandera tercapai, Israel akan menangguhkan serangannya ke Jalur Gaza selama bulan puasa.

"Seiring berlarutnya konflik, situasi kemanusiaan terus memburuk di Gaza. Komunitas internasional harus bertindak sekarang dan fokus atas semua upaya untuk mewujudkan gencatan senjata dan melindungi warga sipil," tambah Mao Ning.

China, kata Mao Ning, meminta agar pihak-pihak terkait melakukan segala yang mungkin untuk mencegah jatuhnya korban di kalangan warga sipil dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih buruk lagi.

Rusia akan menjadi tuan rumah pertemuan antara Hamas, Fatah dan kelompok Palestina lain di Moskow pada 29 Februari - 2 Maret 2024 di tengah perbedaan pandangan di antara kelompok-kelompok itu dalam menciptakan perdamaian.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan pertemuan itu akan dihadiri oleh 12 hingga 14 organisasi, termasuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Serangan Israel ke Gaza telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 dan menewaskan sedikitnya 29.954 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan dan lebih dari 70.300 lainnya terluka, sedangkan hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas.

Otoritas Palestina menuntut Israel menanggung biaya finansial pembangunan kembali Gaza dan menunjukkan komitmen mereka terhadap solusi dua negara.

Pada 24 November 2023, Qatar memediasi perundingan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.

Gencatan senjata telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.

 

Krisis kemanusiaan terus terjadi di Gaza karena Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengaku belum bisa mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan aman ke Jalur Gaza utara di tengah serangan Israel sehingga penduduk di Gaza terancam kelaparan karena tidak punya akses ke suplai makanan.

UNRWA mengatakan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza telah berkurang sebesar 50 persen pada Februari karena sulit untuk membawa pasokan melalui Karem Abu Salem (Kerem Shalom) dan Rafah.

Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur rusak atau hancur.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan sementara pada Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan bisa diberikan kepada warga sipil di Gaza.