Presiden Komisi Eropa Usulkan Penggunaan Aset Rusia yang Dibekukan untuk Beli Pasokan Militer Ukraina
JAKARTA - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Uni Eropa harus mempertimbangkan penggunaan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan, guna membeli pasokan militer untuk Ukraina.
"Sudah saatnya memulai perbincangan mengenai penggunaan keuntungan tak terduga dari aset-aset Rusia yang dibekukan untuk bersama-sama membeli peralatan militer bagi Ukraina," katanya kepada Parlemen Eropa Hari Rabu, melansir Reuters 28 Februari.
"Tidak ada simbol yang lebih kuat dan tidak ada kegunaan yang lebih besar dari uang tersebut, selain membuat Ukraina dan seluruh Eropa menjadi tempat yang lebih aman untuk ditinggali," terangnya.
Lebih jauh von der Leyen mengatakan, ancaman perang terhadap Uni Eropa "mungkin tidak akan terjadi, namun bukan tidak mungkin".
"Risiko perang tidak boleh dibesar-besarkan, namun harus dipersiapkan dan hal itu dimulai dengan kebutuhan mendesak untuk membangun kembali, mengisi kembali, memodernisasi angkatan bersenjata negara-negara anggota," tandasnya.
Dalam pidatonya, von der Leyen meninjau Strategi Pertahanan Industri Eropa baru yang akan dipresentasikan oleh komisinya dalam beberapa minggu mendatang, dengan mengatakan bahwa salah satu tujuan utamanya adalah memprioritaskan pengadaan bersama.
"Eropa harus berusaha mengembangkan dan memproduksi kemampuan operasional generasi berikutnya yang mampu memenangkan pertempuran," katanya.
"Itu berarti meningkatkan kapasitas industri pertahanan kita dalam lima tahun ke depan," sambungnya.
Kendati demikian, dia mengatakan upaya Eropa yang lebih besar di bidang pertahanan tidak akan mengurangi kebutuhan akan aliansi NATO.
"Faktanya, Eropa yang lebih berdaulat, khususnya dalam bidang pertahanan, sangat penting untuk memperkuat NATO," tandasnya.
Tengah bulan ini, otoritas Rusia kembali memperingatkan Barat pada Hari Selasa, Moskow akan bereaksi tegas jika Amerika Serikat dan Uni Eropa menyita aset-aset Rusia senilai ratusan miliar dolar.
Itu setelah Uni Eropa mengadopsi sebuah undang-undang untuk menyisihkan keuntungan tak terduga yang didapat dari aset-aset bank sentral Rusia yang dibekukan, langkah konkret pertama menuju tujuan blok tersebut untuk menggunakan uang tersebut untuk membiayai rekonstruksi Ukraina.
"Ini adalah pencurian: Ini adalah perampasan sesuatu yang bukan milik Anda," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada radio Sputnik.
Lebih lanjut Zakharova mengatakan, tanggapan dari Moskow akan "sangat keras" karena Rusia merasa mereka pada dasarnya berurusan dengan pencuri.
"Mengingat negara kami telah mengkualifikasikan hal ini sebagai pencurian, maka sikap kami adalah terhadap para pencuri," kata Zakharova.
Baca juga:
- Presiden Macron Sebut Pengiriman Pasukan ke Ukraina untuk Mengalahkan Rusia Tidak Dapat Dikesampingkan
- Presiden Biden Berharap Gencatan Senjata Hamas-Israel Terwujud Beberapa Hari Mendatang
- Menlu Retno Sebut Dewan HAM PBB Harus Menangani Pelanggaran Berat Israel
- Parlemen Hongaria Setujui Aksesi, Swedia Segera Jadi Anggota NATO
Rusia telah mengatakan, jika propertinya disita maka mereka akan menyita aset-aset AS, Eropa, dan lainnya sebagai tanggapan. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, setiap upaya untuk mengambil aset Rusia akan menimbulkan tantangan hukum selama bertahun-tahun dari Rusia.
"Tentu saja, Federasi Rusia akan menentang keputusan tersebut, kami akan melindungi kepentingan dan aset kami yang disita secara ilegal," tegas Peskov.
Akhir tahun lalu, Peskov memperingatkan negara-negara Barat, mereka memiliki daftar aset Amerika Serikat, Eropa dan lainnya yang akan disita, jika para pemimpin negara G7 memutuskan untuk melanjutkan dan menyita 300 miliar dolar AS dana cadangan bank sentral Rusia yang dibekukan.