Kepala NFA Bantah Bantuan Pangan Bikin Beras Sulit Didapatkan

JAKARTA - Kepala NFA Arief Prasetyo Adi membantah bahwa bantuan pangan beras yang sudah sejak awal tahun 2023 dilakukan menyebabkan ketersediaan beras di pasaran menjadi semakin sulit atau langka.

Menurut dia, program bantuan pangan beras justru bisa mengurangi demand atau permintaan terhadap beras. Hal ini karena 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) atau 89 juta masyarakat mendapatkan beras secara gratis setiap bulannya.

Lebih lanjut, Arief bilang disaat yang sama pemerintah juga masih terus menggelontorkan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ke pasaran melalui program intervensi lainnya.

“Jadi tidak benar bahwa penyaluran badan pangan ini malah akan dapat sebabkan keterbatasan beras di pasar. Pemerintah komitmen menggencarkan melalui berbagai program demi ketersediaan stok pangan strategis di masyarakat,” tuturnya dalam keterangan resmi, Kamis, 22 Februari.

“Kita sama-sama nantikan produksi beras nasional yang terus di akselerasi oleh teman-teman di Kementerian Pertanian,” tambahnya.

Per 19 Februari, kata Arief, stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog total ada 1,4 juta ton. Penyerapan beras yang bersumber dari petani dalam negeri di tahun ini realisasinya telah menyentuh angka 107.000 ton.

Sementara untuk stok Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPP) hingga minggu kedua Februari, total secara keseluruhan terdapat 7.500 ton. Kesiapan penyerapan produksi beras nasional telah dirancang NFA bersama BUMN bidang pangan dalam menyambut panen padi mendatang yang akan mulai terakselerasi.

Proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Maret mendatang produksi beras dapat mencapai 3,51 juta ton dengan luas panen 1,15 juta hektare.

“Sekarang fokus kita dalam menghadapi panen nanti adalah bagaimana tetap menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh. Harga beras hari ini tentu karena NTPP (Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan) saat ini sangat baik, di angka 116,16,” ujarnya.

Saat panen mulai naik, sambung Arief, harga di petani akan dijaga agar tidak sampai jatuh terlalu dalam. Kata Arief, ini merupakan tugas NFA dalam menjaga keseimbangan dari hulu sampai hilir.

“Di mana petani senang dan semangat menanam, lalu penggiling dapat pasokan GKP (Gabah Kering Panen) serta masyarakat juga bisa membeli beras dengan harga baik," tandasnya.

Terkait harga beras nantinya, sambung Arief, variabel cost sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Kata dia, ini juga tidak hanya terjadi di Indonesia.

“Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh 650-670 dolar AS per metrik ton. Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu. Tapi yang terpenting adalah ketersediaan stok secured terlebih dahulu,” tuturnya.