Ada COVID-19, Pertimbangkan Cara Lain Bertegur Sapa Tanpa Kontak Fisik

JAKARTA - Persebaran virus corona atau COVID-19 semakin meluas dari hari ke hari. Salah satu penyebab virus bisa tersebar yakni dengan berjabat tangan. Oleh karena itu ada beberapa tradisi yang bisa kita adopsi agar tetap bisa menyapa orang dengan baik namun tidak dengan cara berjabat tangan.

Memang melepas kebiasaan berjabat tangan tidak mudah. Namun hal itu perlu dilakukan dalam upaya menangkal persebaran COVID-19. Beberapa pemimpin negara mengimbau warganya untuk tidak melakukan kontak fisik saat bertegur sapa.

Kemarin, cerita menarik muncul dari Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Ketika ia melakukan konferensi pers untuk mengimbau warganya untuk tidak melakukan salaman. Namun di akhir acara, ia malah lupa dan menyalami salah seorang pejabat kesehatan di negeri kincir angin tersebut. Hal itu lantas menjadi pemberitaan media seperti diberitakan oleh The Guardian.

Selain Belanda beberapa negara lain juga mengimbau warganya untuk menghindari melakukan kontak fisik ketika bertemu. Seperti dikutip The New York Times, Menteri Kesehatan Swiss dan Prancis misalnya, mereka mengimbau agar warganya untuk sementara meninggalkan kebiasaan "la bise" yakni bertegur sapa dengan mencium pipi kanan atau kiri.

Sementara Perdana Menteri Israel, menyarankan untuk mengganti kebiasaan berjabat tangan dengan salam "namaste" atau menangkupkan telapak tangan. Selain salam namaste, masih ada beberapa alternatif salam lain yang bisa dilakukan tanpa melakukan kontak fisik. 

Misalnya salam membungkukan badan atau bow. Cara menyapa seperti ini biasa dilakukan oleh masyarakat Jepang dan Korea. Biasanya cara ini dilakukan untuk menyapa orang yang lebih tua, namun karena Jepang sangat kental dengan sopan santunnya, patokan umur sudah tidak jadi masalah.

>

Selain itu, alternatif lain yang bisa dilakukan untuk menyapa orang lain adalah dengan meniru salam seperti warga Tibet. Mereka melakukan salam sapa biasanya dengan menjulurkan lidah.

Jadi jangan aneh ketika sedang berkunjung ke Tibet, ada orang yang menjulurkan lidah. Menurut mereka menyapa dengan menjulurkan lidah merupakan salah satu cara membuktikan bahwa kamu bukan reinkarnasi raja lalim, raja yang sangat jahat. Konon, warga Tibet percaya bahwa raja lalim punya lidah berwarna hitam.

Seperti diketahui di Indonesia sendiri per hari ini Rabu 11 Maret, persebaran virus sudah mencapai 34 kasus, dengan satu orang dikabarkan meninggal dunia. Sementara di dunia tercatat ada 119.541 kasus dengan jumlah kematian 4.292, sementara yang sembuh 65.972.