Digital Currency Group Tolak Rencana Kebangkrutan Genesis, Ini Alasannya!
JAKARTA - Digital Currency Group (DCG), perusahaan induk dari pemberi pinjaman kripto Genesis, mengajukan keberatan terhadap rencana pengajuan kepailitan oleh Genesis. DCG mengklaim bahwa rencana tersebut tidak adil dan merugikan kreditur lain yang tidak terlibat dalam proses negosiasi.
Genesis adalah salah satu pemberi pinjaman kripto terbesar di dunia, yang menawarkan layanan pinjaman, perdagangan, dan penyimpanan aset digital. Genesis mengajukan kebangkrutan pada Januari 2023, setelah mengalami kerugian besar akibat kejatuhan pasar kripto.
Pasar kripto mengalami koreksi tajam pada akhir 2022, dipicu oleh kegagalan bursa kripto FTX, yang menyebabkan likuidasi paksa dan penurunan harga berbagai aset digital. Selain itu, pasar kripto juga terpengaruh oleh melemahnya peg dari stablecoin TerraUSD, yang merupakan salah satu aset yang digunakan oleh Genesis untuk pinjaman.
Menurut laporan keuangan Genesis, perusahaan tersebut memiliki aset sekitar 1,4 miliar dolar AS dan kewajiban sekitar 1,2 miliar dolar AS pada akhir 2022. Namun, nilai aset tersebut turun drastis seiring dengan penurunan harga kripto. Pada Januari 2023, aset Genesis hanya bernilai sekitar 600 juta dolar AS , sementara kewajiban meningkat menjadi sekitar 1,3 miliar dolar AS .
Baca juga:
Untuk mengatasi situasi tersebut, Genesis mengajukan rencana kebangkrutan yang disepakati oleh sebagian besar kreditur utamanya, yang disebut sebagai kreditur pengendali. Rencana tersebut melibatkan pembayaran tunai sebesar 300 juta dolar AS kepada kreditur pengendali, yang mewakili sekitar 23% dari klaim mereka. Selain itu, rencana tersebut juga memberikan opsi kepada kreditur pengendali untuk menukar klaim mereka dengan aset digital yang dimiliki oleh Genesis, dengan nilai tukar berdasarkan harga pasar saat ini.
Namun, rencana tersebut ditentang oleh DCG, yang merupakan kreditur terbesar Genesis dengan klaim sebesar 425 juta dolar AS . Keberatan DCG bukan tanpa alasan, menurut mereka rencana tersebut memaksa Genesis untuk membayar terlalu banyak kepada kreditur pengendali, dan mengabaikan hak dan kepentingan kreditur lain yang tidak terlibat dalam proses negosiasi.
"DCG akan mendukung rencana yang membayar kreditur [sebesar] seratus persen, dan kepailitan [perusahaan] saat ini memiliki aset yang cukup untuk melakukannya," kata DCG dalam pengajuannya.
DCG juga mengkritik opsi pertukaran aset digital yang ditawarkan oleh rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa opsi tersebut "memungkinkan kreditur untuk mendapatkan nilai tunai dari aset digital mereka pada tanggal permohonan. Namun, kemudian "memungkinkan kreditur yang sama untuk menerima pembayaran tambahan berdasarkan nilai saat ini dari aset digital tersebut."
DCG menilai bahwa opsi tersebut tidak adil, karena harga kripto telah mengalami pemulihan sejak Januari 2023. Misalnya, harga bitcoin, yang merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh Genesis, telah naik dari sekitar 20.000 dolar AS (Rp314 juta) pada Januari 2023 menjadi sekitar 42.000 dolar AS (Rp661 juta) pada Februari 2024. Dengan demikian, kreditur pengendali dapat memperoleh keuntungan dari kenaikan harga tersebut, sementara kreditur lain tidak.
DCG meminta pengadilan untuk menolak rencana tersebut, dan mengusulkan rencana alternatif yang lebih adil dan seimbang bagi semua kreditur. Rencana alternatif tersebut melibatkan pembayaran tunai sebesar 300 juta dolar AS kepada semua kreditur, tanpa membedakan kreditur pengendali atau tidak. Selain itu, rencana alternatif tersebut juga memberikan opsi kepada semua kreditur untuk menukar klaim mereka dengan aset digital, dengan nilai tukar berdasarkan harga pasar pada tanggal permohonan.
Meski begitu, pihak pengadilan belum memutuskan apakah akan menerima atau menolak rencana kebangkrutan yang diajukan oleh Genesis. Sidang lanjutan akan digelar pada 20 Februari 2024. Sementara itu, Genesis masih beroperasi sebagai pemberi pinjaman kripto, meskipun dengan skala yang lebih kecil dan dengan pengawasan yang lebih ketat.