Rusia Tuding Presiden Biden Manfaatkan Serangan ke Suriah dan Irak untuk Kepentingan Pemilu
JAKARTA - Rusia menuduh Presiden Joe Biden melakukan serangan di Irak dan Suriah untuk meningkatkan citranya, saat tensi kampanye Pemilihan Presiden tahun 2024 meningkat, bukan sebagai pembalasan atas serangan yang menewaskan tentara Amerika Serikat.
Amerika Serikat melakukan serangan udara pada Hari Jumat terhadap puluhan sasaran yang terkait dengan Garda Revolusi Iran (IRGC) dan kelompok sekutunya, setelah tiga tentaranya terbunuh di Yordania dalam serangan yang menurut Washington dilakukan oleh milisi yang didukung Iran.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, pada pertemuan Dewan Keamanan mengenai serangan yang diminta oleh Moskow mengatakan, tidak ada pembenaran atas tindakan AS.
"Kami melihat upaya ‘melenturkan otot’ ini, pertama-tama, adanya keinginan untuk mempengaruhi lanskap politik dalam negeri Amerika, keinginan untuk memperbaiki citra buruk Pemerintahan Amerika saat ini di kancah internasional, seiring dengan memanasnya kampanye pemilihan presiden," katanya, melansir Reuters 6 Februari.
Pihak Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Nebenzia tentang Presiden Biden. Sementara, Pemilu akan digelar di negara itu pada November mendatang.
Sementara itu, Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood membenarkan serangan AS di Suriah dan Irak berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, yang mencakup hak individu atau kolektif suatu negara untuk membela diri dari serangan bersenjata.
"Biar saya perjelas: Amerika Serikat tidak menginginkan lebih banyak konflik di wilayah tersebut ketika kami secara aktif berupaya untuk menahan dan mengurangi eskalasi konflik di Gaza. Dan kami tidak menginginkan konflik langsung dengan Iran. Namun kami akan terus membela personel kami dari serangan yang tidak dapat diterima," terang Wood.
Dia menambahkan, serangan di Suriah dan Irak adalah operasi yang "terpisah dan berbeda" dari serangan AS dan Inggris terhadap kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman sebagai tanggapan atas penargetan kapal-kapal Houthi di Laut Merah.
Kemarin, Pentagon mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya kematian warga dalam serangan baru-baru ini.
Baca juga:
- Raja Charles III Jalani Perawatan karena Kanker, Begini Pendelegasian Tugas dan Jalur Suksesi Kerajaan Inggris
- Raja Charles III Didiagnosis Derita Kanker: Tunda Pertemuan Publik Tapi Tetap Jalani Tugas Selama Perawatan
- Kepala UNRWA Kunjungi Negara-negara Teluk di Tengah Krisis Pendanaan
- Bentrok dengan Pasukan Pemberontak, Penjaga Perbatasan Myanmar Melarikan Diri ke Bangladesh
Terpisah, Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani mengecam serangan Negeri Paman Sam sebagai tindakan yang "tidak sah, ilegal, dan tidak dapat dibenarkan."
"Semua kelompok perlawanan di kawasan ini independen," katanya kepada Dewan Keamanan PBB.
"Setiap upaya untuk menghubungkan tindakan-tindakan ini dengan Iran atau angkatan bersenjatanya adalah menyesatkan, tidak berdasar, dan tidak dapat diterima. Iran tidak pernah berupaya berkontribusi terhadap dampak buruk di kawasan," tegasnya.