Maluku Utara dan Sulawesi Tengah Jadi Provinsi Tertinggi Dorong Pertumbuhan Ekonomi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan produk domestik bruto (PDB) RI tumbuh 5,05 persen pada 2023 diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang positif di beberapa provinsi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan wilayah Maluku Utara dan Sulawesi Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia sepanjang 2023.
"Secara spasial, pertumbuhan ekonomi masih terus tumbuh. Tiga kelompok provinsi yang mempunyai pertumbuhan tertinggi adalah Maluku & Papua, Sulawesi, dan Kalimantan. Namun demikian, struktur ekonomi Indonesia secara spasial masih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera," ujarnya dalam konferensi pers, Senin 5 Februari 2024.
Adapun, pertumbuhan ekonomi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional 2023 yang sebesar 5,05 persen dimana pulau Kalimantan tumbuh 5,43 persen, Sulawesi 6,37 persen, dan Maluku dan Papua sebesar 6,94 persen.
"Pertumbuhan ekonomi 2023 tertinggi di Maluku Utara mencapai 20,49 persen. Diikuti, Sulawesi Tengah sebesar 11,91 persen," jelasnya.
Menurut Amalia, pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah terutama didorong oleh pertumbuhan industri pengolahan, pertambangan, dan penggalian.
Industri tersebut, sambungnya, memang cukup besar di kedua provinsi itu.
Di mana berasal dari indystri olahan barang tambang, terutama industri feronikel.
"Jadi dapat ditarik kesimpulan industrialisasi ataupun yang kita sebut dengan program hilirisasi nikel di kedua provinsi tersebut memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi cukup tinggi di Maluku dan Sulawesi Tengah," tuturnya.
Baca juga:
Jika dilihat secara nasional, pemerintah terus melakukan hilirisasi sejumlah komoditas sumber daya alam (SDA) sehingga berdampak positif terhadap industri pengolahan.
Tercatat, sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari industri pengolahan tumbuh sebesar 4,64 persen.
"Industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 0,95 persen (dari 5,05 persen)," ucap Amalia.