Kremlin Sebut Kebijakan Anti-Rusia Barat Tengah Berada di Titik Puncak
JAKARTA - Negara-negara Barat akan melakukan perlawanan terhadap Rusia, sebagaimana dibuktikan dengan diadakannya latihan militer besar-besaran yang digelar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"Strategi untuk menghalangi negara kita, memberikan tekanan terhadap negara kita, belum membuahkan hasil. Kadang-kadang meningkat, kadang-kadang mereda. Sekarang mungkin berada pada puncaknya. Latihan-latihan seperti itu adalah bukti terbaik dari hal ini," katanya di Channel One, dilansir dari TASS 26 Januari.
Peskov menunjukkan, Barat memegang posisi anti-Rusia yang sangat jelas, yang ditentukan oleh NATO, sementara retorika aliansi tersebut "ditentukan di luar negeri, di Washington."
"Tentu saja ada bahaya yang nyata, hanya dalam hal strategis. Anda lihat suasana militeristik yang terjadi saat ini di Eropa, di negara-negara tetangga Baltik, dan sebagainya. Negara-negara yang dipenuhi dengan kecenderungan Russofobia menyeret semakin banyak fasilitas militer, peralatan militer milik negara-negara tersebut. aliansi ke dalam wilayah mereka. Hal ini tentu saja merupakan sebuah bahaya, memerlukan langkah-langkah tambahan untuk memastikan bahwa keamanan negara kita dapat terjamin dengan baik," terang Peskov.
Diketahui, NATO menggelar latihan militer besar-besaran yang dimulai pada 24 Januari hingga Mei mendatang. Latihan ini bertajuk 'Steadfast Defender 2024', kata komandan militer tertinggi aliansi itu, Jenderal Chris Cavoli, dikutip dari Reuters.
Total ada 90.000 prajurit yang akan terlibat dalam latihan ini. Sedangkan untuk alat utama sistem senjata (Alutsista) dikerahkan dalam latihan kali ini meliputi lebih dari 50 kapal mulai dari kapal induk hingga kapal perusak, lebih dari 80 jet tempur, helikopter dan drone, serta setidaknya 1.100 kendaraan tempur termasuk 133 tank dan 533 kendaraan tempur infanteri, kata NATO.
Ini adalah latihan militer terbesar NATO setelah era Perang Dingin. Latihan terakhir dengan ukuran lebih dari peserta saat ini adalah 'Reforger' yang digelar selama Perang Dingin pada tahun 1988 dengan 125.000 peserta. Berikutnya ada 'Trident Juncture' pada tahun 2018 dengan 50.000 peserta, menurut NATO.
Baca juga:
- Protes Harga Rendah hingga Keringanan Pajak: Petani Prancis Blokir Jalan, Buang Produk Impor
- Pengadilan Militer Myanmar Lelang Vila Tempat Aung San Suu Kyi Jalani Tahanan Rumah, Penawaran Awal Rp1,4 Triliun
- Rusia Klaim Intelijen Ukraina Sudah Diberitahu Soal Pesawat Angkut Militer yang Membawa Tawanan Perang
- Bocor Rekaman Kritik yang Diduga PM Netanyahu: Qatar Bilang Melemahkan Negosiasi, Israel Salahkan Doha
Pasukan yang ambil bagian dalam latihan kali ini, yang akan melibatkan simulasi pengiriman personel ke Eropa serta latihan di lapangan, akan berasal dari negara-negara NATO dan Swedia, yang berharap dapat segera bergabung dengan aliansi tersebut.
Selama bagian kedua dari latihan Steadfast Defender, fokus khusus akan diberikan pada pengerahan pasukan reaksi cepat NATO ke Polandia di sisi timur aliansi tersebut.
Lokasi utama latihan lainnya adalah negara-negara Baltik yang dipandang paling berisiko terhadap potensi serangan Rusia, Jerman yang merupakan pusat bala bantuan dan negara-negara di pinggiran aliansi seperti Norwegia dan Rumania.