Muncul Penolakan Vaksin Polio di Semarang, Kemenkes Minta Pemda Gencarkan Sosialisasi
SURABAYA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta pemerintah daerah meningkatkan sosialisasi mengenai pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio guna mencegah adanya penolakan dari warga.
"Kami masifkan edukasi tersebut melalui selain dinas kesehatan turun langsung, melalui kader kesehatan. Kami melaksanakan dengan kerja sama," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di gedung ASEEC Univeristas Airlangga Surabaya, Jawa Timur dilansir ANTARA, Kamis, 18 Januari.
Dia menekankan pentingnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi polio bagi kesehatan anak menyusul adanya sejumlah warga yang menolak anaknya diberi imunisasi polio di wilayah Jawa Tengah.
Menurut dia, literasi masyarakat mengenai bahaya penyakit polio serta upaya pencegahannya perlu ditingkatkan.
"Yang pasti terkait hal ini kita kerja sama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengedukasi masyarakat, menjelaskan tentang manfaat Sub Pin Polio ini," katanya.
Dia menduga ada orang tua yang menganggap kasus polio tidak ditemukan di Semarang, tetapi di Klaten, sehingga anaknya tidak perlu diberi imunisasi selama Sub PIN Polio.
Padahal pemerintah melaksanakan Sub PIN Polio untuk mencegah kejadian serupa terjadi di daerah lain yang masih berada di satu wilayah provinsi.
"Mobilitas tidak menutup kemungkinan orang dari Klaten pergi ke Semarang atau orang Semarang berkunjung ke Klaten. Oleh karena itu, kami memastikan pencegahannya, sama seperti pelaksanaan di Surabaya, maka daerah lainnya di Jawa Timur juga dilakukan Sub Pin Polio," katanya menjelaskan.
Namun demikian, Siti Nadia yakin kesadaran orang tua untuk mengikutsertakan anak dalam Program Sub PIN Polio bisa meningkat setelah pelaksanaan edukasi dan sosialisasi.
"Ini masih hari ketiga, masih ada tahapan sekitar empat hari lagi untuk mengedukasi dan imunisasi kejar setelah Sub Pin Polio satu minggu. Nanti ada masa di mana kami melakukan lebih intensif, khusus untuk kelompok-kelompok yang masih menolak," ia menjelaskan.
see_also]
- https://voi.id/berita/349290/pilih-kampanye-hari-terakhir-di-jis-anies-akui-punya-kenangan-emosional
- https://voi.id/berita/349288/ketum-pbnu-khofifah-harus-nonaktif-dari-ketum-pp-muslimat-jika-masuk-tkn
- https://voi.id/berita/349277/crazy-rich-surabaya-budi-said-tersangka-rekayasa-jual-beli-emas-antam-rugi-rp1-1-triliun
- https://voi.id/berita/349273/cegah-konflik-kepentingan-hakim-mk-pastikan-gelar-rph-sebelum-adili-sengketa-pemilu
- https://voi.id/berita/349266/tuding-gibran-bikin-perda-mandek-gara-gara-cuti-nusron-ke-wawali-solo-mengada-ada-itu
[/see_also]
Pemerintah menargetkan imunisasi polio bisa mencakup 95 persen sasaran selama dua putaran Sub PIN Polio.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Astha Triyono menyatakan siap menjalankan arahan dari Kemenkes soal peningkatan sosialisasi mengenai pelaksanaan imunisasi polio.
"Kami melakukan yang terbaik untuk masyarakat, sehingga bisa secara maksimal menyampaikan manfaat dan dampaknya," katanya.
Erwin mengatakan imunisasi polio sudah dilakukan pada 2.108.537 anak atau 65,3 persen dari total 4.437.679 anak yang menjadi sasaran imunisasi selama Sub PIN Polio di wilayah Jawa Timur.
"Jawa Timur sudah 65,3 persen dan Surabaya 94 persen per hari ini," katanya.