Pemerintah Somalia Cari Awak dan Penumpang Helikopter PBB yang Mendarat Darurat
JAKARTA - Pemerintah Somalia sedang berupaya menyelamatkan para penumpang helikopter PBB yang diduga ditangkap oleh militan Al-Shabaab, kata seorang juru bicara pada Hari Kamis, sementara kalangan militer menilai akan sulit untuk mengakses daerah di mana mereka dibawa.
Helikopter yang dikontrak PBB sedang melakukan evakuasi medis melalui udara, ketika masalah teknis memaksanya melakukan pendaratan darurat di dekat Desa Hindhere, Somalia tengah, sebuah wilayah yang dikuasai kelompok militan.
Dua pria Somalia dan beberapa warga asing berada di dalamnya, dan banyak di antara mereka yang disandera oleh militan, kata dua petugas kepada Reuters, seperti dikutip 11 Januari.
Kendati demikian, tidak jelas secara pasti berapa banyak yang ditangkap dan apakah ada yang berhasil melarikan diri.
"Pemerintah telah melakukan upaya untuk menyelamatkan awak kapal sejak kemarin, ketika kecelakaan itu terjadi, dan upaya masih terus dilakukan," kata Menteri Penerangan Daud Aweis, kendati tidak memberikan rincian lainnya.
Sementara itu, Kolonel Abdullahi Isse, yang bermarkas di Kota Adado, sekitar 100 km (60 mil) utara Hindhere, mengatakan, pasukan di daerah tersebut tidak memiliki rencana untuk meluncurkan misi penyelamatan.
"Tidak ada pasukan yang menyelamatkan mereka. Saya tidak yakin mereka akan melarikan diri," katanya.
"Daerah tersebut telah dikuasai Al-Shabaab selama lebih dari sepuluh tahun. Bahkan penduduk di sana pun pro Al-Shabaab," lanjutnya.
Adapun Mayor Hassan Ali, yang bermarkas di Kota Beledweyne, tempat helikopter lepas landas, mengatakan operasi darat tidak mungkin dilakukan.
"Saya tidak tahu apakah akan ada pasukan komando di pesawat dengan bantuan orang asing. Itu mungkin satu-satunya cara yang mungkin untuk menyelamatkan mereka, tapi sejauh ini hal itu belum terjadi," jelasnya.
Pada Rabu malam, Program Pangan Dunia PBB, operator kemanusiaan terbesar di Somalia, mengatakan helikopter tersebut bukan milik mereka atau Layanan Udara Kemanusiaan PBB dan tidak ada personelnya yang berada di dalamnya.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dalam pernyataan singkat pada Hari Rabu, bahwa "upaya penyelamatan" sedang dilakukan.
Baca juga:
- Presiden Zelensky Sebut Ukraina Tidak Mendapat Tekanan dari Sekutu untuk Menghentikan Perang
- Houthi Mengatakan Serangan di Laut Merah Respons Terhadap Tindakan AS Pekan Lalu
- Kembali dari Khan Younis, Ahli Bedah Kanada Sebut Sistem Kesehatan Gaza Lebih Buruk dari Perkiraan
- Menhan Italia Sebut Penanganan Serangan Houthi di Laut Merah Jangan Sampai Menimbulkan Perang Baru
Diketahui, Al-Shabaab, yang merupakan afiliasi Al Qaeda, telah melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah Somalia sejak tahun 2006, dalam upaya untuk membentuk pemerintahan sendiri berdasarkan interpretasi Islam yang ketat.
Kelompok ini memiliki ribuan anggota, sebagian besar berada di markas mereka di tengah dan selatan negara tersebut. Serangan pemerintah sejak tahun 2022 telah berhasil merebut kembali beberapa wilayah di Somalia tengah, namun kampanye tersebut mengalami kemunduran yang signifikan tahun lalu.