Jelang 100 Hari Perang Hamas-Israel, Dirjen WHO Soroti Kurangnya Akses untuk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
JAKARTA - Kurangnya akses ke wilayah Jalur Gaza, membuat bantuan kemanusiaan sulit mencapai wilayah kantong Palestina itu, kata kepala badan kesehatan dunia.
Menyebut tahun baru 2024 bukanlah momen yang membahagiakan, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi konflik di Gaza tidak bisa digambarkan, saat perang akan memasuki hari ke-100 pekan ini.
Di Gaza, "orang-orang harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkan sedikit air, yang mungkin tidak bersih, atau roti, yang tidak cukup bergizi. Hanya 15 rumah sakit yang berfungsi, bahkan sebagian," kata Tedros, dilansir dari CNN 11 Januari.
"Menyalurkan bantuan kemanusiaan di Gaza terus menghadapi tantangan yang hampir tidak dapat diatasi. Pengeboman yang intens, pembatasan pergerakan, kekurangan bahan bakar dan terputusnya komunikasi membuat WHO dan mitra kami tidak mungkin menjangkau mereka yang membutuhkan," urainya.
"Kami memiliki perbekalan, tim dan rencana yang sudah siap. Yang tidak kami miliki adalah akses," tandas Tedros.
Sementara itu, perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina Dr. Richard Peeperkorn mengatakan, gangguan terhadap layanan kesehatan dan sistem sanitasi air, kekurangan makanan dan air serta banyaknya orang yang mengungsi di musim dingin adalah "penyebab penyakit."
Sedangkan Dr. Teresa Zakaria, manajer insiden untuk eskalasi kekerasan di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki mengatakan, sistem pengawasan badan tersebut menangkap manifestasi penyakit, namun mereka tidak dapat memverifikasi bakteri, parasit, atau virus yang menyebabkan penyakit-penyakit tersebut.
"Kami telah melihat peningkatan laporan infeksi saluran pernafasan akut, penyakit diare, dan penyakit kuning. Tapi sekali lagi, ini hanyalah manifestasi dari berbagai penyakit dan kita tidak bisa menyelidikinya karena kita tidak dalam posisi untuk melakukan tes, mengumpulkan sampel, dan melakukan tes," terangnya.
"Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi," katanya, seraya menambahkan, "Ada banyak penyakit yang sebenarnya bisa menyebar tanpa terdeteksi dan ini sangat memprihatinkan karena pada saat kita benar-benar mengetahuinya, penyakit itu akan menyebar ke seluruh dunia. berada pada tahap yang sangat terlambat sehingga akan sangat sulit untuk menahannya."
Diberitakan sebelum, WHO untuk kali keenam membatalkan misi bantuan kemanusiaan ke Gaza utara sejak 26 Desember, "karena permintaan kami ditolak dan jaminan perjalanan yang aman tidak diberikan," kata Dirjen WHO.
Baca juga:
- Presiden Zelensky Sebut Ukraina Tidak Mendapat Tekanan dari Sekutu untuk Menghentikan Perang
- Houthi Mengatakan Serangan di Laut Merah Respons Terhadap Tindakan AS Pekan Lalu
- Kembali dari Khan Younis, Ahli Bedah Kanada Sebut Sistem Kesehatan Gaza Lebih Buruk dari Perkiraan
- Menhan Italia Sebut Penanganan Serangan Houthi di Laut Merah Jangan Sampai Menimbulkan Perang Baru
Misi yang dijadwalkan hari ini ke rumah sakit yang penting bagi kesehatan ibu dan anak juga dibatalkan, menurut Peeperkorn.
"Kami berharap dan memohon agar kami mendapat konfirmasi misi besok ke rumah sakit di utara disetujui," tambah Peeperkorn.
Diketahui, perang di Gaza pecah setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerbu kawasan selatan Israel pada 7 Oktober lalu. Hari ini, perang di wilayah tersebut sudah memasuki hari ke-97.