Kembali dari Khan Younis, Ahli Bedah Kanada Sebut Sistem Kesehatan Gaza Lebih Buruk dari Perkiraan

JAKARTA - Sistem kesehatan di Jalur Gaza yang dilanda perang Hamas-Israel lebih buruk dari perkiraan, kata seorang ahli kesehatan yang baru saja kembali dari selatan wilayah kantong Palestina itu.

"Anda harus memutuskan siapa yang akan Anda selamatkan dan siapa yang harus ditinggalkan," lirih Dr. Anas Al-Kassem, melansir CNN 10 Januari.

Dr. Anas Al-Kassem merupakan ahli bedah Kanada yang baru kembali dari dari Gaza, setelah menghabiskan dua minggu bekerja di Khan Younis, selatan wilayah kantong Palestina tersebut.

Ia telah merinci keputusan-keputusan mustahil yang harus diambil oleh beberapa dokter yang tersisa, karena staf, peralatan dan persediaan sangat sedikit di tengah serangan Israel.

Al-Kassem mengatakan kepada CNN pada Hari Rabu, kondisi sistem kesehatan di Gaza "lebih buruk dari yang saya perkirakan."

"Saya pikir ini lebih buruk dari apa yang saya perkirakan, jujur ​​kepada Anda," katanya, menambahkan pemboman Israel di Gaza lebih intens daripada apa yang dia alami saat bekerja di Aleppo, Suriah selama perang saudara berkecamuk di sana.

“Sistem layanan kesehatan mungkin bukan yang terbaik ,karena pengepungan di Gaza selama bertahun-tahun,” katanya, seraya menambahkan dalam perang saat ini “sistem tersebut berada di ambang kehancuran dan 100 persen memang benar-benar runtuh.”

Kurangnya pasokan medis yang memadai telah berdampak pada fasilitas kesehatan lainnya di wilayah tersebut, katanya.

"Kami kekurangan peralatan, obat-obatan, mesin CT scan, dan sebagainya, apalagi kekurangan obat-obatan (seperti) analgesia, antibiotik," ungkap Al-Kassem, menambahkan dia harus melakukan jahitan pada pasien tanpa anestesi, sehingga ia dapat menghematnya untuk operasi besar.

Diketahui, pengepungan Israel dan pembatasan ketat terhadap makanan, bahan bakar dan air yang masuk ke Gaza telah menghancurkan sistem layanan kesehatan, memaksa para pekerja medis harus bergulat dengan pasien yang terluka parah di lingkungan yang kekurangan pasokan dan infrastruktur penting. Itu terjadi usai kelompok militan Hamas menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober lalu.

Hanya 13 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian dan kapasitas tempat tidur mencapai 351 persen, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah.

Di Deir al-Balah, Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa melaporkan menerima puluhan korban jiwa dari beberapa wilayah tengah Gaza, akibat serangan udara gencar yang menggempur wilayah tersebut. Lebih jauh ke selatan, di mana militer Israel memusatkan sebagian operasi militernya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan mereka "tidak mampu" kehilangan rumah sakit operasional yang tersisa.