Ganjar Pranowo: Pembelian Alutsista Tetap G2G
CILACAP - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) tetap menerapkan sistem Government to Government atau pemerintah ke pemerintah (G2G).
"(Pembelian alutsista) tidak melibatkan siapa pun sebenarnya. Dalam konteks government yang penting, yang penting buat saya government," ujar Ganjar di Cilacap, Jawa Tengah dilansir ANTARA, Selasa, 9 Januari.
Ditekankan juga soal pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Ganjar mencontohkan, PT PAL Indonesia telah memproduksi kapal selam yang bekerjasama dengan Korea Selatan.
Menurutnya, pengembangan industri dalam negeri harus dilanjutkan dan ditingkatkan karena itu merupakan kekuatan anak bangsa.
Untuk bisa memperkuat pertahanan dan keamanan negara, sambung Ganjar butuh konsistensi dalam perencanaan.
"Jadi keajegan dalam perencanaan itu penting, jangan bolak balik. Sekali lagi itu penting. Maka butuh disusun buku putih pertahanan Indonesia," pungkasnya.
Pada debat capres, Minggu, 7 Januari, Ganjar Pranowo mengatakan bahwa kenaikan anggaran pertahanan menjadi 1 sampai 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi keharusan.
"Alokasi 1 sampai 2 persen PDB, menurut saya menjadi keharusan agar kuat," kata Ganjar dalam debat ketiga yang mempertemukan antarcapres di Istora Senayan, Jakarta, Minggu.
Di sisi lain, Ganjar mengatakan saat ini anggaran pertahanan belum ideal karena baru mencapai 0,78 persen dari PDB. Selain itu, dia mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen tiap tahunnya menjadi kewajiban.
Baca juga:
- Prabowo: Rakyat Sudah Pintar, Jangan Mau Dikendalikan Orang yang Tidak Jelas
- Dipertanyakan Anies soal Komentar Debat, Jokowi: Saya Berbicara untuk Perbaikan juga untuk Introspeksi Kita Semua
- Gibran ke Relawan di Bali: Kita Harus Fokus Kerja Ekstra Menangkan Pilpres, Jangan Tanggapi Fitnah
- Jokowi ke Luar Negeri Saat HUT PDIP, Ganjar: Urusan Negara Nomor Satu
Ganjar mengatakan langkah-langkah tersebut diperlukan sebagai solusi untuk mengejar ketertinggalan terkait rencana strategis (renstra) Kekuatan Pokok Minimum atau Minimum Essential Force (MEF) yang diperkirakan tidak mencapai target pada 2024.
Sebab itu, Ganjar mengatakan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus menjadi investasi.
"Belanja alutsista kita harus menjadi investasi pertahanan kita. Tanknya dibuat di (PT) Pindad, helinya di PT DI, (kapal) Frigatnya di PT PAL, sibernya di PT LEN, maka kalau itu bisa kita optimalkan betul-betul, rasa-rasanya apa yang ingin kita capai dari Minimum Essential Force-nya akan tercapai," katanya.
Ganjar mengatakan pembelian alutsista yang menjadi investasi juga diperlukan agar pertahanan Indonesia tidak mengalami kemunduran.