Melihat Penerapan AI dalam Musik Lewat Perspektif Musisi Generasi Z

JAKARTA - Jaya Mezzaluna Bungari merupakan salah satu penyanyi dan penulis lagu dari Generasi Z. Dia lahir di Jakarta pada 16 Februari 2001.

Mezzaluna memang belum pernah menggarap musik dengan bantuan artificial intelligence (AI). Namun sebagai generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang pesat, tentunya AI bukan hal asing baginya.

Dari beberapa musisi yang VOI ajak bicara soal AI dan musik dalam sebulan terakhir, Mezzaluna menyebutkan satu kata yang tidak dikatakan musisi lain, “keren”.

Sebagai penggemar The Beatles, Mezzaluna melihat AI membuat karya terakhir mereka, Now And Then, menjadi mungkin untuk dirilis ke publik.

“Menurut aku keren banget sih, dari dunia AI bisa bikin lagu walaupun udah nggak ada orangnya beberapa. Itu keren sih,” kata Mezzaluna saat ditemui di Duren Tiga, Jakarta Selatan baru-baru ini.

“Tapi makin seram,” sambungnya.

Meski melihat baik keberadaan AI dalam musik, Mezzaluna menyoroti permasalahan legal yang kemungkinan besar terjadi.

Dia menyebut adanya kemungkinan suara seorang penyanyi diambil tanpa izin yang jelas, terlebih tidak ada bayaran yang pasti untuk penyanyi yang suaranya dimasukkan ke dalam karya musik baru. Mezza bukan hanya bicara musik dalam konteks seni, namun juga sebagai industri.

“Tapi yang seramnya dari AI itu, misal kita mau pakai suara orang, itu tuh belum ada legalnya. Jadi, kalau dipakai pun si orang itu nggak akan berhak dibayar gitu. Jadi seramnya di situ. Harus dipikirkan lagi untuk urusan legalnya,” ujar Mezzaluna.

“Tapi kalau masalah berkaryanya keren sih, jadi lebih gampang,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Mezzaluna tidak takut jika keberadaan AI membuat kreativitasnya sebagai penulis lagu terganggu. Dia tetap meyakini karya yang baik berasal dari diri si penulis itu sendiri.

“Berkarya menurut aku itu autentik dan harus datang dari diri sendiri,” tandasnya.