JAKARTA - Iga Massardi, vokalis sekaligus gitaris Barasuara melihat penggunaan artificial intelligence (AI) dalam proses penciptaan dan produksi karya musik belum mengancam kemampuan musisi.
Menurut Iga, manusia cenderung takut ketika muncul perkembangan teknologi. Padahal, itu bukan sesuatu yang menakutkan.
“Kita kan selalu takut duluan kalau ada teknologi baru. Biar bagaimanapun juga, itu jadi sesuatu yang menyeramkan. Dulu kita di tahun 1990an mungkin nggak kebayang tuh untuk bisa video call. Itu cuma terjadi di film-film. Tahun 1990an kita masih pake telepon umum, dan sekarang kalau bangun pagi aja udah bisa lihat muka orang di handphone. Nah, ini kan jadi pertanyaan kayak 'kita siap gak ya?',” kata Iga Massardi saat ditemui di Kemang, Jakarta Selatan pada Jumat, 15 Desember.
Iga belum khawatir ketika musisi dibandingkan dengan AI. Dia merasa kemampuan yang ada dalam manusia masih lebih unggul. Terlebih soal musik, orang mendengar musik karena ingin mengetahui alasan dari karya itu diciptakan
“Memang banyak yang bilang kalau ini bisa menggantikan musisi, tapi yang paling penting menurut sudut pandangku yang masih dangkal ini soal AI adalah orang akan tertarik mendengar musik, membaca buku, dan menonton film karena siapa yang membuatnya dan kenapa pembuatnya membuat itu,” ujar Iga Massardi.
“Misalkan ada orang bikin lukisan abstrak, AI bisa aja membuat hasil yang sama, cuma tidak ada alasan kenapa dia melakukan itu,” lanjutnya.
Musisi 38 tahun itu melihat kemampuan AI sejauh ini sifatnya masih sebatas fungsional, yang artinya AI belum mampu menghadirkan cerita di balik penciptaan sebuah karya seni.
“Kalau dari musik, contohnya dari salah satu musisi favorit saya, Cholil Mahmud. Dia membuat lagu yang bernarasikan politik, dan saya tahu kalau Cholil orangnya memang begitu, dia punya sudut pandang tertentu dan menarik. Dia juga bisa buat gimana protes itu jadi sesuatu yang anggun secara lirik dan musikal. Di situ ada kekaguman saya terhadap seorang musisi,” katanya.
Namun, Iga Massardi tidak menyanggah jika AI juga berguna dalam produksi musik. Ia merasa banyak mesin yang membuat seorang produser mampu bekerja lebih cepat.
“Tapi kalau dilihat dari sisi teknis, AI sangat membantu. Karena saya melihat misalnya dari segi produksi musik, itu sangat mempercepat proses, kayak mau preset dan segala macam, itu sebenarnya pada dasarnya kan AI juga. Bagaimana dia membaca grafik dan frekuensi, dan akhirnya dia bisa menemukan yang cocok, itu udah AI dari bertahun-tahun lalu,” ucap Iga Massardi.
“Jadi, poinnya adalah bagaimana kita memperbudak AI ketimbang kita diperbudak oleh mereka,” tandasnya.