Rupiah Diprediksi Melemah Pasca BI Tetap Mempertahankan Suku Bunga Acuan
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari jumat 22 Desember 2023 diperkirakan akan kembali bergerak melemah pasca Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang masih tetap mempertahankan suku bunga dalam usaha menjaga stabilitas rupiah, namun memberikan pandangan dovish pada perekonomian global tahun depan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis 21 Desember, kurs rupiah spot melemah 0,09 persen ke Rp15.525 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup turun 0,14 persen ke level harga Rp15.533 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan ini tetap konsisten dengan kebijakan moneter yang prostability, untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0 persen plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024.
Kemudian ada sejumlah factor yang membuat BI mempertahankan suku bunga acuannya.. Pertama, tingkat inflasi pada November 2023 tercatat sebesar 2,86 persen (yoy), cukup meningkat dari 2,56 persen yoy dibandingkan bulan sebelumnya.
"Naiknya harga bahan makanan juga tercermin dari komponen harga bergejolak yang mencatatkan inflasi sebesar 7,59 persen (yoy) di November 2023, peningkatan signifikan dari 5,54 persen (yoy) pada bulan sebelumnya," Jelasnya dalam keterangan resminya Jumat 22 Desember.
Faktor selanjutnya, yakni surplus perdagangan menyusut ke 2,41 miliar dolar AS di November 2023 dari 3,48 miliar dolar AS di bulan sebelumnya. Menyempitnya surplus perdagangan dipengaruhi oleh kombinasi turunnya ekspor dan meningkatnya impor selama bulan lalu.
Ekspor merosot 8,56 persen yoy atau 0,67 persen mtm sebagai imbas dari perlambatan permintaan besi dan baja seiring dengan melemahnya daya beli untuk properti dan manufaktur di Tiongkok yang menyebabkan penurunan ekspor non-migas sekitar 167 juta dolar AS.
Dari sisi eksternal, lanjut Ibrahim, taruhan penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve pada Maret 2024 tetap ada. Pasar juga menantikan sejumlah data ekonomi yang akan dirilis minggu ini, termasuk kekuatan ekonomi AS yang memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
“Data klaim pengangguran mingguan AS juga akan dirilis pada Kamis, sementara pembacaan indeks harga PCE – alat pengukur inflasi pilihan The Fed – akan dirilis pada hari Jumat,” kata Ibrahim.
Ibrahim menyampaikan inflasi dan kekuatan pasar tenaga kerja merupakan poin utama yang menjadi perdebatan bagi The Fed, karena kedua sektor tersebut telah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga:
Di Asia, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya pada rekor terendah minggu ini, karena bank tersebut kesulitan menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan membendung pelemahan mata uangnya.
"Hal tersebut yang membuat Pasar tetap gelisah mengenai prospek ekonomi Tiongkok yang terus melemah akibat krisis proferti yang sampai saat ini masih belum ada titik pemyelesaian," Ujarnya.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan jumat 22 Desember dalam rentang harga Rp15.500- Rp15.550 per dolar AS.