Presiden Macron: Kita Tidak Bisa Membiarkan Gagasan Perang Melawan Hamas Berarti Meratakan Gaza
JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza, mengatakan memerangi kelompok militan Hamas yang berkuasa di sana dengan meratakan wilayah tersebut, sementara jumlah korban jiwa terus bertambah.
"Kita tidak bisa membiarkan gagasan bahwa perang yang efisien melawan terorisme berarti meratakan Gaza atau menyerang penduduk sipil tanpa pandang bulu," kata Presiden Macron kepada stasiun televisi France 5, dikutip dari Daily Sabah 21 Desember.
Lebih jauh, Presiden Macron meminta Israel "untuk menghentikan respons ini karena tidak pantas, karena semua nyawa bernilai sama dan kami membelanya," katanya.
Meskipun mengakui "hak Israel untuk membela diri dan melawan teror", Presiden Macron mengatakan Prancis menyerukan perlindungan warga sipil dan "gencatan senjata yang mengarah pada gencatan senjata kemanusiaan."
Kemarin, kelompok militan Hamas mengumumkan bahwa lebih dari 20.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan Israel di Gaza.
Israel membantah klaim genosida dan berpendapat tindakannya menargetkan Hamas, bukan warga sipil, meskipun mereka terus-menerus menargetkan infrastruktur sipil, termasuk sekolah, rumah sakit, kamp pengungsi, rumah ibadah (gereja dan masjid), gedung-gedung PBB, jurnalis dan lembaga-lembaga kemanusiaan.
Baca juga:
- Presiden Herzog Sebut Israel Siap Melanjutkan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera
- Kepala Palang Merah Internasional Sebut Perang Gaza Adalah Kegagalan Moral
- Dibentak Menteri Garis Keras Israel Soal Hukuman Tentara yang Bernyanyi di Masjid, Kepala Staf IDF: Jangan Ancam Saya
- Siap Dialog dengan Ukraina, Amerika Serikat dan Eropa, Presiden Putin: Tapi, Kami Tidak akan Menyerahkan Milik Kami
Terpisah, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di wilayah tersebut, sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober, telah mencapai 20.000 jiwa, menurut para pejabat Palestina, dikutip dari Al Jazeera.
Kantor Media Pemerintah Gaza pada Hari Rabu melaporkan, setidaknya 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita termasuk di antara mereka yang tewas.