Cari Pemimpin Terbaik, MUI Ajak Umat Tak Golput di Pemilu 2024

JAKARTA - Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis, mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024.

Menurut Kiai Cholil, golongan putih (golput) atau tidak memilih pada pemilu dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan hukum, khususnya dalam konteks Islam.

Kiai Cholil menyoroti bahwa MUI sebelumnya telah mengeluarkan fatwa yang menegaskan kewajiban memilih pemimpin, sebagaimana diumumkan dalam Ijtima Ulama II se-Indonesia pada 2009.

"Dalam fatwa tersebut, disampaikan bahwa dalam Islam, memilih pemimpin bukan sekadar opsi, melainkan sebuah kewajiban untuk menjaga dan menegakkan imamah (kepemimpinan) serta imarah (pemerintahan) dalam kehidupan bersama," ujar Kiai Cholil, dalam keteranganya, Minggu 18 Desember.

Kiai Cholil menjelaskan bahwa ketidakhadiran partisipasi dalam menggunakan hak pilih diartikan sebagai ketidakbertanggungjawaban terhadap arah bangsa ini. Oleh karena itu, Kiai Cholil dengan tegas mengajak masyarakat untuk tidak melakukan golput.

Terutama, masyarakat diimbau untuk memilih salah satu dari tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing pada Pilpres 2024.

Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok, Jawa Barat, menyatakan bahwa ketidakpartisipan masyarakat dalam memilih calon presiden dapat berdampak negatif bagi Indonesia.

"Indonesia tanpa presiden pasti akan berada dalam kekacauan. Kondisi ini lebih buruk dibandingkan memiliki pemimpin yang tidak ideal, karena pemimpin yang tidak ideal masih dapat diawasi melalui DPR, dan isu-isu masyarakat masih dapat dikontrol," tegasnya.

Kiai Cholil menekankan bahwa setiap warga negara yang telah diberikan hak pilih memiliki tanggung jawab untuk memberikan suaranya dan memilih siapa yang dianggap layak memimpin Indonesia ke depan. Kiai Cholil memperingatkan agar masyarakat tidak memilih ketiga calon presiden dan wakil presiden secara sekaligus, sehingga suaranya tidak sah.

"Kami meminta agar memilih salah satu dari ketiga calon. Apakah nomor satu, dua, atau tiga, itu terserah, namun sudahlah kita lihat dari visi dan misi mereka, serta konsistensi dalam menjalankannya melalui debat-debat yang telah berlangsung," jelasnya.

Dengan demikian, Kiai Cholil berharap agar masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya secara bijak, memilih sosok yang dianggap ideal untuk memimpin Indonesia ke depan.

"Pemimpin adalah cermin dari masyarakat. Oleh karena itu, tanpa alasan apapun, kita tidak boleh absen dalam pemilihan umum yang akan datang (Pemilu 2024). Kita harus berpartisipasi dengan memberikan suara," tandasnya dengan tegas.