Rupiah Diproyeksikan Menguat Akibat Sinyal Pemangkasan Suku Bunga The Fed
JAKARTA - Nilai tukar Rupiah pada hari jumat 15 Desember 2023 diperkirakan akan kembali bergerak menguat setelah Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) memberi isyarat pemangkasan suku bunga setidaknya tiga kali tahun depan ke posisi 4,6 persen.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis 14 Desember, Kurs rupiah spot menguat 1,03 persen ke Rp15.502 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup menguat 0,87 persen ke level harga Rp15.493 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan The Fed mengatakan bahwa suku bunga kini telah mencapai puncaknya pada 5,4 persen, dan bank sentral akan menurunkan suku bunga setidaknya tiga kali pada tahun 2024 menjadi 4,6 persen.
Ketua Fed Powell mengatakan meskipun terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi, ia masih memproyeksikan prospek inflasi yang lebih rendah pada tahun 2023.
"Sinyal dovish The Fed memicu meningkatnya spekulasi mengenai kapan bank tersebut akan mulai menurunkan suku bunganya," Jelasnya dalam keterangan resminya Jumat 15 Desember.
Ibrahim menyampaikan di pasar berjangka, para pedagang memperkirakan kemungkinan lebih dari 70 persen The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret 2024. Pedagang juga mempertimbangkan peluang 67 persen untuk penurunan 25 basis poin lagi di bulan Mei.
"Namun ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga kemungkinan akan mengurangi optimisme dalam beberapa bulan mendatang, terutama karena kekuatan ekonomi AS masih dapat memicu peningkatan inflasi. Data terkini menunjukkan inflasi indeks harga konsumen tetap stabil di bulan November, sementara pasar tenaga kerja juga tetap kuat," Jelasnya.
Setelah data inflasi yang lemah awal pekan ini, pembacaan pada hari Rabu menunjukkan kelemahan yang terus-menerus dalam aktivitas pinjaman dan tingkat likuiditas lokal.
Data tersebut mendorong lebih banyak seruan untuk langkah-langkah stimulus dari Beijing, meskipun pemerintah tetap konservatif dalam memberikan lebih banyak dukungan fiskal.
Dari dalam negeri, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023 untuk negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik menjadi 4,9 persen untuk tahun ini dari perkiraan 4,7 persen pada September 2023.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh permintaan domestik yang kuat mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dari perkiraan di Republik Rakyat China (RRC) dan India. Negara-negara berkembang di Asia terus tumbuh dengan pesat, meskipun kondisi global sedang penuh tantangan.
Selain itu, Inflasi di negara-negara berkembang Asia-Pasifik juga secara bertahap mulai terkendali. Namun, risiko masih tetap ada, mulai dari kenaikan suku bunga global hingga risiko iklim seperti El Nino.
Untuk itu, pemerintahan di Asia dan Pasifik perlu tetap waspada untuk memastikan perekonomian domestik tetap berdaya tahan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Adapun ADB memperkirakan ekonomi China tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun ini, meningkat dari prediksi sebelumnya yang sebesar 4,9 persen, setelah konsumsi rumah tangga dan investasi publik mendorong pertumbuhan pada kuartal ketiga.
Baca juga:
Ibrahim menjelaskan Sementara untuk Indonesia, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 5 persen, dengan perkiraan inflasi yang juga dipertahankan sebesar 3,6 persen.
Dari sisi inflasi, prospek inflasi negara-negara berkembang di Asia-Pasifik untuk tahun ini telah diturunkan menjadi 3,5 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.
Untuk tahun depan, inflasi diperkirakan meningkat menjadi 3,6 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 persen.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan jumat 15 Desember dalam rentang harga Rp15.470- Rp15.710 per dolar AS.