Peretas Korea Utara Diduga Telah Mencuri Data Informasi Teknologi Pertahanan, Termasuk Laser Anti-Pesawat

JAKARTA - Polisi Korea Selatan sedang menyelidiki dugaan apakah kelompok peretas Korea Utara, yang dituduh mencuri data dari 14 entitas, memperoleh informasi tentang teknologi pertahanan, termasuk laser anti-pesawat, kata seorang pejabat polisi kota Seoul pada Hari Rabu.

Penyelidikan tersebut, yang dilakukan bersama dengan Biro Investigasi Federal AS (FBI), mencoba untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh oleh kelompok yang dikenal sebagai Andariel, kata Jeong Jin-ho, yang mengepalai tim investigasi Seoul Metropolitan Police Agency yang menyelidiki kasus ini kepada Reuters, seperti dikutip 6 Desember.

Media lokal melaporkan minggu ini, cache data mencakup rahasia pertahanan utama Korea Selatan.

Entitas yang menjadi sasaran termasuk perusahaan pertahanan Korea Selatan, lembaga penelitian dan perusahaan farmasi, menurut pernyataan polisi sebelumnya. Sekitar 250 file, atau 1,2 terabyte informasi dan data, diambil oleh para peretas, katanya.

Server proxy yang dibuat oleh kelompok tersebut diakses dari sebuah distrik di ibu kota Korea Utara, Pyongyang, sebanyak 83 kali antara Desember lalu dan Maret, kata polisi.

Server tersebut digunakan untuk mengakses situs web perusahaan dan institusi, dengan kelompok tersebut memanfaatkan layanan hosting Korea Selatan yang menyewakan server kepada klien yang tidak dikenal.

Kelompok ini juga memeras bitcoin senilai 470 juta won (357.866 dolar AS) dari tiga perusahaan Korea Selatan dan asing dalam serangan ransomware, kata polisi.

Diketahui, Departemen Keuangan AS pada tahun 2019 mencantumkan Andariel sebagai kelompok peretasan yang disponsori negara Korea Utara, yang fokus melakukan operasi siber berbahaya terhadap bisnis asing, lembaga pemerintah, dan industri pertahanan.

Peretas Korea Utara disalahkan atas serangan siber yang menghasilkan jutaan dolar, meskipun Pyongyang sebelumnya membantah terlibat dalam kejahatan siber.

Seorang wanita asing sedang diselidiki sehubungan dengan serangan ransomware setelah beberapa bitcoin ditransfer melalui rekening banknya dan ditarik di sebuah bank di Tiongkok, kata polisi. Dia membantah melakukan kesalahan apa pun.