7 Tanda Inner Child Terluka yang Pengaruhi Kesehatan Mental dan Kesejahteraan
YOGYAKARTA – Inner child dikenal juga dengan sebutan diri kedua, yang mana mendorong keputusan, menciptakan ketakutan yang tak masuk akal, bahkan menyabotase impian. Disebut juga dengan “anak batiniah”, yaitu bagian lebih muda dari diri Anda yang mungkin masih berusia lima, atau tujuh, atau sembilan tahun. Disadari atau tidak, inner child berdampak besar dalam hidup, meliputi kesehatan mental, kesejahteraan fisik, prestasi, hubungan dengan orang lain, dan kemampuan merasakan kegembiraan.
Secara psikologis, inner child merupakan berbagai bagian dari diri kita yang tidak boleh diremehkan. Karena “anak batin” ini membentuk seluruh hidup, termasuk pasangan romantis, jalur karir, dan lainnya yang merupakan bagian dari kehidupan. Lebih spesifik lagi, inner child muncul dari gagasan tentang dunia yang terbentuk sebelum usia 8 tahun. Faktanya, sejak lahir hingga usia 7 tahun kita percaya segala sesuatu yang terjadi di lingkungan terdekat ada hubungannya dengan kita atau disebabkan oleh kita. Pemicu terlukanya inner child bisa berupa apa saja. Mulai dari orang tua yang terlalu kritis, pernah mengalami intimidasi di sekolah, dan kekesalan hingga kesendirian.
Tidak setiap orang memiliki masa kecil yang traumatis. Namun setiap orang pasti pernah mengalami luka masa kecil ketika kebutuhannya tidak terpenuhi. Untuk mengidentifikasi terlukanya inner child, melansir Lumo Health, Rabu, 29 November, berikut tanda-tandanya.
1. Sensitif terhadap hal-hal kecil
Beberapa luka masa kecil terjadi saat masih terlalu muda untuk mengingatnya. Salah satu caranya adalah dengan mencari petunjuk lewat bagaimana Anda beraksi pada suatu situasi. Termasuk jika reaksi terlalu “berlebihan” atau tidak proporsional terhadap suatu kejadian. Misalnya, Anda merasa sangat marah ketika pasangan tidak membalas pesan dengan cepat. Ini mungkin merupakan tanda bahwa sebagian perhatian tidak terpenuhi saat masih kecil. Dengan kata lain, masalah mental, emosional, dan relasional yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sering menjadi pertanda luka di masa lalu.
2. Perilaku menyabotase diri sendiri
Kadang-kadang rasa takut dan cemas muncul ketika batas mengumpulkan pekerjaan terlewat atau mulai pertengkaran dengan pasangan baru tanpa alasan. Menurut psikoanalis Alice Miller, tanda inner child terluka ketika Anda terus merasa takut dan menghindari bahaya yang meskipun sebenarnya tidak nyata. Perilaku ini terkadang bisa dalam bentuk kelupaan, penundaan, atau kehilangan kesabaran yang didorong rasa takut sehingga menyabotase diri sendiri.
3. Mekanisme mengatasi masalah secara tidak sehat
Menanggulangi atau mengatasi masalah berkaitan dengan mengelola emosi yang sulit atau menyakitkan. Kadang-kadang, orang yang memiliki inner child terluka mengembangkan keterampilan mengatasi masalah yang tidak sehat. Seperti penggunaan narkoba, minuman keras, dan menjauhi kenyataan dengan memakai penggunaan sosial media secara berlebihan. Dengan cara yang tidak sehat tersebut, seseorang mungkin sedang menghindari perasaan tertentu sehingga mencari-cari kesibukan.
4. Hubungan buruk dengan keluarga
Hubungan buruk dengan keluarga mencakup ketegangan, perasaan ditolak, perasaan dikritik, dikucilkan, atau ketergantungan emosional kuat antara Anda dan orang tua. Apapun masalahnya, hubungan yang buruk bisa menandai persoalan lama tetapi belum terselesaikan pada masa kanak-kanak atau kebutuhan yang belum terpenuhi.
5. Mengkritik diri sendiri dan harga diri rendah
Jika Anda sering mengkritik diri sendiri dan mudah “menginternalisasi” kritik dari orang lain, ini menandai inner child terluka. Kritik dipahami sebagai satu cara untuk menjadi lebih baik, tetapi mengkritik diri sendiri akan memengaruhi harga diri. Semakin sering atau negatif mengkritik diri sendiri, maka semakin rendah harga diri.
Baca juga:
6. Mengalami masalah hubungan
Berada dalam pola hubungan yang tidak sehat, tidak bahagia atau penuh kekerasan, dan selalu mengejar orang-orang yang tidak ada, maka inner child mungkin sangat terluka. Ini memengaruhi cara berhubungan yang sehat dengan orang lain.
7. Mengalami masalah mental, fisik, dan emosional
Orang dengan inner child terlua, sering kali mengalami perasaan hampa, tidak berdaya, putus asa terus menerus dan kronis. Mereka mungkin merasa bahwa hidup mereka hidup sebagai diri yang palsu dan tidak memiliki spontanitas. Masalah kesehatan yang menandai terlukanya “anak batiniah” antara lain seperti kecemasan, depresi, kecanduan, gangguan makan, C-PTSD. Ditambah lagi seringnya mengalami kondisi fisik, seperti migrain, sindrom lelah kronis, dan fybromyalgia.
Di atas merupakan tanda inner child terluka yang perlu waktu untuk memperbaiki luka tersebut. Menurut pakar, penting untuk berbicara dengan baik kepada inner child secara teratur agar merasa lebih baik.