COVID-19 Bikin IMF dan Bank Dunia Rapat Secara Virtual
JAKARTA - International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia juga terdampak dari penyebaran virus corona atau COVID-19. Kedua lembaga tersebut akan rapat secara virtual pada Pertemuan Musim Semi IMF-Bank Dunia 2020.
Dilansir dari Reuters, Rabu 3 Maret, Pertemuan Musim Semi kedua lembaga itu dijadwalkan pada 17-19 April 2020 di Washington. Biasanya, pertemuan itu membawa sekitar 10.000 pejabat pemerintah, pebisnis, perwakilan masyarakat sipil, dan jurnalis dari seluruh dunia ke daerah dua pusat kota Washington yang padat.
Para pejabat mengatakan IMF masih akan merilis perkiraan ekonomi dunia yang diperbarui. Kemungkinan perkiraan pertumbuhan ekonomi global akan dikoreksi karena faktor COVID-19 yang memengaruhi kegiatan ekonomi seperti perjalanan udara, manufaktur, dan pariwisata di seluruh dunia.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva bulan lalu mengatakan wabah virus corona kemungkinan akan mencukur 0,1 persen dari pertumbuhan ekonomi global.
IMF dan Bank Dunia mulai mempertimbangkan koreksi tersebut karena virus itu terus menyebar dengan cepat di seluruh dunia setelah muncul di China pada akhir Desember.
Sekarang, ada hampir 91.000 kasus di seluruh dunia, termasuk 80.000 di China, dan lebih dari 3.000 orang telah meninggal. COVID-19 telah muncul di 77 negara dan wilayah di luar China, dengan Argentina yang terbaru melaporkan kasus pertamanya.
Virus corona ini menjerumuskan ekonomi dunia ke dalam penurunan terburuknya sejak krisis keuangan global lebih dari 10 tahun yang lalu. Georgieva dan Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, bahwa mereka fokus untuk memastikan kesehatan dan keselamatan para peserta dan staf Pertemuan Musim Semi tersebut.
Seorang pejabat IMF mengatakan bahwa, ada pengecualian yang tidak bisa tidak bertemu muka, yakni dari Komite Moneter dan Keuangan Internasional yang beranggotakan 24 orang. Di sisi lain, juru bicara Bank Dunia menyatakan, rincian pertemuan virtual tersebut masih sedang dikerjakan.
Malpass mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan dua kali setahun adalah "urusan yang cukup besar" dan tidak mengesampingkan perubahan yang lebih permanen.
"Kita harus melihat pengalaman dengan pertemuan virtual dan melihat bagaimana hasilnya," katanya.