Situs KPU Diretas, 204 Juta Data Pemilih Dijual Rp1,2 Miliar

JAKARTA - Peretas dengan nama anonim "Jimbo" mengeklaim telah meretas situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) kpu.go.id dan berhasil mendapatkan data pemilih dari situs tersebut. Sebanyak 204 juta data pemilih NIK, KK, hingga domisili dijual senilai Rp1,2 miliar.

Jimbo kemudian menjual data pemilih tersebut di situs BreachForums yang biasa dipergunakan untuk menjual hasil peretasan.

"Jimbo menawarkan data yang berhasil dia dapatkan seharga US$ 74.000 atau hampir setara Rp 1,2 miliar," ungkap Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber Cissrec, Pratama Persadha dalam keteranganya, Selasa 28 November.

Selain membagikan 500.000 data contoh yang berhasil diretas pada salah satu postingannya di situs BreachForums, Jimbo juga membagikan beberapa tangkapan layar dari website cekdptonline.kpu.go.id untuk memverifikasi kebenaran data yang didapatkan tersebut.

Pada tangkapan layar lainnya yang dibagikan oleh Jimbo, tampak sebuah halaman situs web KPU yang kemungkinan berasal dari halaman dashboard pengguna.

Menurut Pratama, dengan adanya tangkapan layar tersebut maka kemungkinan besar Jimbo berhasil mendapatkan akses login dengan dengan role admin KPU dari domain sidalih.kpu.go.id menggunakan metode phising, social engineering atau melalui malware.

"Dengan memiliki akses dari salah satu pengguna tersebut Jimbo mengunduh data pemilih serta beberapa data lainnya. Cissrec juga sebelumnya sudah memberikan alert kepada ketua KPU tentang vulnerability di sistem KPU pada 7 Juni 2023," kata Pratama.

Dalam postingan di forum tersebut, Jimbo juga menyampaikan data 252 juta yang berhasil dia dapatkan terdapat beberapa data yang terduplikasi. Setelah Jimbo melakukan penyaringan terdapat 204.807.203 data unik dan jumlah ini hampir sama dengan jumlah pemilih dalam DPT KPU yang berjumlah 204.807.222 pemilih dari 514 kabupaten/kota di Indonesia serta 128 negara perwakilan.

Data yang didapatkan Jimbo tersebut memiliki beberapa data pribadi yang cukup penting, seperti nomor induk kependudukan (NIK), nomor kartu keluarga (KK), nomor KTP (berisi nomor passport untuk pemilih yang berada di luar negeri), nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, tempat lahir, status pernikahan, alamat lengkap, RT, RW, kodefikasi kelurahan, kecamatan dan kabupaten serta kodefikasi TPS.

Pratama mengungkapkan, tim Cissrec juga sudah mencoba melakukan verifikasi data sample yang diberikan secara random melalui website cekdpt, dan data yang dikeluarkan oleh website cekdpt sama dengan data sample yang dibagikan oleh peretas Jimbo, termasuk nomor TPS dimana pemilih terdaftar.

"Jimbo menawarkan data yang berhasil dia dapatkan seharga US$ 74000 atau hampir setara Rp 1,2 miliar," ujarnya.

Pada tangkapan layar lainnya yang dibagikan oleh Jimbo, nampak sebuah halaman website KPU yang kemungkinan berasal dari halaman dashboard pengguna.

Menurut Pratama, dengan adanya tangkapan layar tersebut maka kemungkinan besar Jimbo berhasil mendapatkan akses login dengan dengan role admin KPU dari domain sidalih.kpu.go.id menggunakan metode phising, social engineering atau melalui malware.

"Dengan memiliki akses dari salah satu pengguna tersebut Jimbo mengunduh data pemilih serta beberapa data lainnya. Cissrec juga sebelumnya sudah memberikan alert kepada ketua KPU tentang vulnerability di sistem KPU pada 7 Juni 2023," kata Pratama.

Sebelumnya, pada 2022 peretas Bjorka juga mengklaim mendapatkan 105 juta data pemilih dari website KPU.