BRIN: Pemahaman Cuaca Antariksa untuk Menjaga Operasional Teknologi

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan pememahaman dan memprediksi cuaca antariksa penting untuk melindungi dan menjaga keberlanjutan operasional teknologi di Bumi.

“Prediksi cuaca antariksa lebih ke aktivitas yang berdampak ke arah teknologi, yang dicek itu aktivitas matahari, aktivitas magnet, dan aktivitas ionosfer, begitu,” ujar Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Antariksa BRIN Fitri Nuraeni di Jakarta, Jumat 24 November.

Dia mengatakan cuaca antariksa memiliki dampak signifikan terhadap teknologi. Cuaca antariksa dapat menciptakan gangguan dalam sistem teknologi di Bumi. Salah satu dampak utamanya terkait dengan gangguan pada sistem navigasi.

Ia menerangkan badai magnetik yang berasal dari aktivitas Matahari dapat mempengaruhi medan magnet Bumi dan menyebabkan gangguan pada peralatan navigasi, seperti kompas.

Hal ini menjadi krusial terutama untuk transportasi udara dan laut yang bergantung pada akurasi navigasi.

“Misalkan gini, navigasi meleset , Antaradikit, itu kita akan berpikir biasa ya. Jadi, kita nggak akan memikirkan cuaca antariksa tuh. Kita pasti berpikir terlalu jauh. Jadi, biasanya kayak gitu-gitu,” ucap Fitri.

Selain itu, dampak cuaca antariksa juga dapat dirasakan dalam bidang komunikasi. Gangguan pada sinyal satelit dan peralatan komunikasi bisa terjadi akibat perubahan cuaca antariksa.

Fenomena seperti kilat matahari dapat menyebabkan lonjakan arus yang merusak peralatan satelit dan infrastruktur komunikasi.

Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang cuaca antariksa menjadi kunci untuk melindungi sistem komunikasi yang semakin tergantung pada teknologi satelit.

Sektor kelistrikan juga rentan terhadap dampak cuaca antariksa. Partikel bermuatan tinggi dari angin Matahari dapat merusak transformator dan peralatan kelistrikan, mengakibatkan pemadaman listrik.

Menurutnya, prediksi cuaca antariksa yang akurat dapat membantu operator jaringan listrik untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan dan meminimalkan risiko kerusakan.

Fitri mengatakan BRIN menyediakan Space Weather Information and Forecast (SWIFT) yang merupakan sistem realtime aktivitas geomagnet untuk monitoring cuaca antariksa yang dapat diakses di laman swift.brin.go.id.

“SWIFT bisa dilihat oleh masyarakat umum. Jadi, kalau misalkan ada yang ingin tahu tentang cuaca antariksa hari ini, atau prediksinya 24 jam ke depan, itu bisa mengunjungi swift.brin.go.id. Itu bisa diakses di mana saja, asal ada internet," katanya.

Dia mengatakan riset mengenai cuaca antariksa dilakukan bermitra dengan institusi dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya Universitas Mataram, Universitas Nusa Cendana (Undana), Institut Teknologi Sumatera (ITERA), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dia berharap, adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak cuaca antariksa serta adanya antusiasme dari peneliti muda yang mau terlibat dalam hal tersebut guna menjaga stabilitas teknologi yang semakin tergantung pada infrastruktur satelit dan sistem komunikasi.

“Mudah-mudahan kesadaran dan pemahaman tentang antariksa secara umum dan cuaca antariksa secara khusus semakin tinggi dan kalau bisa semakin banyak minat mahasiswa, generasi penerus untuk penelitian antariksa ini,” kata Fitri.