RS-Al Shifa dan Al-Quds Hentikan Operasional Akibat Serangan Israel, Dirjen WHO: Tragis
JAKARTA - Kepala badan kesehatan PBB menyayangkan peningkatan korban tewas dan penghentian operasional rumah sakit di Jalur Gaza, Palestina, akibat serangan Israel diperparah dengan kekurangan bahan bakar hingga obat-obatan.
Dua rumah sakit di Gaza utara ditutup untuk pasien baru pada Hari Minggu, tak mampu lagi merawat pasien di dalamnya akibat blokade Israel, kata staf medis.
Sedangkan pihak Israel mengatakan mereka sedang memburu militan Palestina Hamas wi wilayah tersebut, memerintahkan rumah sakit harus dievakuasi.
Rumah sakit terbesar dan kedua di Gaza, Al Shifa dan Al-Quds mengatakan mereka menghentikan operasinya. Saat jumlah korban tewas dan terluka bertambah setiap hari, namun setengah dari rumah sakit di wilayah tersebut tidak berfungsi, semakin sedikit tempat untuk merawat korban.
"Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya bawa sehingga dia bisa mendapatkan jahitan," kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan karena khawatir tidak ada tempat aman di Gaza, melansir Reuters 13 November.
Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya berhasil memulihkan komunikasi dengan para profesional kesehatan di RS Al-Shifa, namun menambahkan, situasinya mengerikan dan berbahaya akibat tembakan hingga pemboman terus-menerus yang memperburuk krisis.
"Tragisnya, jumlah kematian pasien meningkat secara signifikan, tulis Dr. Tedros dalam unggahan di X.
"Sayangnya, rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit," sambungnya.
Sementara itu, seorang ahli bedah plastik di RS-Al Shifa mengatakan pemboman gedung inkubator telah memaksa mereka untuk menjajarkan bayi prematur di tempat tidur biasa, menggunakan sedikit daya yang tersedia untuk menghangatkan AC.
"Kami memperkirakan akan kehilangan lebih banyak dari mereka dari hari ke hari," lirih Dr. Ahmed El Mokhallalati.
Terpisah, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan rumah sakit Al-Quds juga tidak berfungsi karena stafnya berjuang untuk merawat mereka yang sudah berada di sana dengan keterbatasan obat-obatan, makanan dan air.
"Rumah Sakit Al Quds telah terputus dari dunia dalam enam hingga tujuh hari terakhir. Tidak ada jalan masuk, tidak ada jalan keluar," jelas Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Tiga badan PBB menyatakan kengeriannya atas situasi di rumah sakit tersebut, dengan mengatakan dalam 36 hari mereka telah mencatat setidaknya 137 serangan terhadap fasilitas kesehatan, yang mengakibatkan 521 kematian dan 686 luka-luka, termasuk tewasnya 16 petugas medis dan 38 lainnya luka-luka.
Baca juga:
- Menhan AS, Jepang dan Korsel Sepakat mulai Berbagi Data Rudal Korut Bulan Desember
- PM Netanyahu Kembali Ungkapkan Rencana Israel Kontrol Keamanan di Jalur Gaza Usai Perang
- Israel Siap Evakuasi Bayi dari RS Al-Shifa, Otoritas Kesehatan Gaza: Kami Belum Diberitahu
- Otoritas Spanyol Sita Artefak Emas Kuno Ukraina yang Diselundupkan Tahun 2016 Senilai Rp1 Triliun
“Dunia tidak bisa tinggal diam ketika rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan," kritiknya, seraya menyatakan setengah dari rumah sakit di Gaza kini ditutup.
Diketahui, Israel menuding Hamas telah menempatkan pusat-pusat komando di bawah dan dekat rumah sakit. Di sisi lain, Hamas membantah menggunakan rumah sakit dengan cara seperti itu.
Pada Hari Minggu, seorang pejabat Palestina yang memberikan pengarahan mengenai pembicaraan pembebasan sandera mengatakan, Hamas telah menunda perundingan karena cara Israel menangani Rumah Sakit Al-Shifa.