Wujudkan Kerja Sama Bilateral, Kamboja Siap Kirim Beras 10.000 Ton ke Indonesia

JAKARTA – Indonesia mengimpor beras dari Kamboja sebanyak 10.000 ton. Namun, baru masuk ke Tanah Air melalui Pelabuhan Tanjung Emas sebanyak 3.500 ton.

Suplai beras dari Kamboja ini didatangkan untuk penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan importasi ini merupakan salah satu hasil pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet pada 4 September lalu yang saling bersepaham tentang ketahanan pangan.

“Ini merupakan pertama kalinya Kamboja mengirimkan berasnya setelah adanya MoU sejak 11 tahun yang lalu. 11 tahun tidak ada yang bisa mengeksekusi Mou itu dan tidak satu butir pun beras masuk. Nyatanya ini bisa kita kerjakan dan akhirnya terjadi hari ini. Sekarang beras dari Kamboja ini bisa masuk dan berasnya sangat baik,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat, 3 November.

Arief mengatakan, total ada 140 kontainer yang muatannya berisikan beras 25 ton per kontainernya.

Jumlah keseluruhannya mencapai 3.500 ton dan telah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia guna memastikan aspek keamanan dan mutu pangannya.

“Hari ini (Selasa) adalah hari pertama stok beras dari Kamboja masuk ke Indonesia. Targetnya ada 10.000 ton dan hari ini telah datang 3.500 ton. Selanjutnya nanti kita akan bicara lagi dengan pihak Kamboja,” tuturnya.

Arief menekankan bahwa beras impor yang datang dari Kamboja ini adalah stok beras untuk CPP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog.

Mengingat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah meminta bantuan pangan beras untuk masyarakat terus dilanjutkan dan stok beras di Bulog akhir tahun nanti minimal ada 1 juta ton.

Meski melakukan importasi, Arief mengatakan nomor satu adalah ketersediaan pangan Indonesia harus mengutamakan produksi dalam negeri.

Namun, saat Badan Pangan Nasional melihat dan mengkalkulasi neraca pangan tahun ini, memang memerlukan pengadaan dari luar negeri, dan itu harus dilakukan.

“Kita tegaskan nomor satu prioritas kita adalah tentunya produksi dalam negeri. Tapi pada saat memang kita memerlukan tambalan stok dari pengadaan dari luar negeri, ini kita lakukan,” ucapnya.

Arief mengatakan, kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah pemerintah yang telah dipertimbangkan secara seksama dan komprehensif.

Ia memastikan penggunaannya hanya diperuntukan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.

“Kita ini sekarang sedang bangun ekosistem pangan nasional. Daerah-daerah sentra produksi akan dipastikan produksinya oleh Pak Menteri Pertanian mulai dari penyiapan benih, fertilizer, irigasi, reservoir, dan sebagainya,” ucapnya.