Kemenperin Siapkan Kebijakan untuk Lindungi Industri Keramik Nasional dari Serbuan Barang Impor

JAKARTA - Kementerian Perindustrian tengah menyiapkan kebijakan untuk melindungi industri keramik nasional dari banjirnya keramik impor.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam Ditjen IKFT Wiwik Pudjiastuti mengatakan, instrumen yang disiapkan meliputi lartas keramik impor hingga kebijakan anti-dumping.

"Memang kondisi keramik, kan, saat ini lagi banyak impor. Masalahnya cukup banyak, jadi kami sekarang sedang membuat beberapa kebijakan yang intinya untuk meningkatkan kembali kinerja industri keramik kami, apa pun penyebabnya itu," kata Wiwik kepada wartawan usai ditemui dalam acara Asta Karya Nusa 2023 di Gedung Kemenperin Jakarta, Selasa, 17 Oktober.

Wiwik menyebut, Kemenperin sedang mempersiapkan kebijakan larangan dan pembatasan (lartas) untuk melindungi keramik dalam negeri. Industri ini diketahui telah mendapatkan fasilitas safeguard dan akan berakhir pada Oktober 2024.

"Yang kemarin sudah jalan, kan, safeguard. Lartas kami siapin juga, rencananya ke depan sedang disiapkan juga anti-dumping. Ini sedang kami persiapkan juga instrumen-instrumen yang lain terkait seperti pelabuhan impor terbatas, karena terkait dengan kementerian/lembaga lain, tentu kami sedang fasilitasi untuk itu," ujarnya.

Meski begitu, Wiwik belum bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai kapan kebijakan tersebut mulai diterapkan.

Namun, kata dia, aturan itu nantinya sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal pengetatan impor sejumlah komoditas.

"Ini terkait hasil rapat terbatas (ratas) presiden beberapa waktu lalu bahwa untuk komoditas yang impornya banyak diupayakan untuk dibatasi. Ini nanti progresnya dilihat Menko (Perekonomian)," ucapnya.

Kata Wiwik, pelemahan rupiah tidak memberi pengaruh secara langsung terhadap kinerja industri keramik. Sebab, bahan baku industri keramik saat ini lebih banyak berasal dari dalam negeri sehingga impor bahan bakunya terbilang kecil.

Utilisasi industri keramik saat ini mengalami penurunan setelah dua tahun menikmati ekspansi karena kebijakan harga gas murah industri dan maraknya keramik impor.