3.692 Hotspot Karhutla Terdeteksi, Sumsel Tertinggi di Sumatera
PEKANBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 3.692 titik panas (hotspot) di 8 provinsi di Sumatera. Hotspot terbanyak berada di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang berjumlah 2.734 titik.
"Di Provinsi Bengkulu 9 titik, Jambi 194 titik, Lampung 404, Sumatera Barat 39, Kepulauan Riau 7, Bangka Belitung 219 titik, dan Riau 86 titik," kata Forecaster on Duty BMKG SSK II Pekanbaru, Anggun R, Senin 16 Oktober.
Khusus di Riau, 86 titik hotspot itu berada di Kabupaten Pelalawan 9 titik, Indragiri Hilir 12 dan Indragiri Hulu 65 titik.
Sementara, suhu udara dari pagi hingga malam hari di Kota Pekanbaru dan sekitarnya cerah berawan. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, Kota Dumai, dan Kota Pekanbaru.
Jarak pandang pada berkisar antara 8 sampai 9 kilometer di Kota Pekanbaru dan sekitar dengan status udara kabur dan berkabut.
Sesuai data terkini BMKG Minggu pagi, kualitas udara di Kota Pekanbaru cenderung tidak sehat. Hal ini tertera pada grafik yang menyentuh garis kuning dengan angka 54,90 µgram/m3.
Soal kondisi kualitas udara, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Ramlan menjelaskan, bahwa hal ini masih dibawah ambang batas.
Baca juga:
"Kualitas udara sudah cenderung turun sering turun hujan di Kota Pekanbaru dan beberapa wilayah lainnya. Kualitas udara yang tidak sehat ini masih di bawah ambang batas atau kecil dari 150 mikrogram/m3," jelas Ramlan.
Namun, demi menjaga kesehatan, dia menyarankan agar warga menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah agar terhindar dari segala efek yang diakibatkan oleh polutan.
Menurutnya cuaca yang berkabut di pagi hari disebabkan fog/mist karena kelembaban udara yang masih tinggi. Ini akan hilang seiring dengan menguatnya sinar matahari.
"Memang biasanya agak sedikit berkabut. Hal ini disebabkan kelembapan yang masih tinggi karena cahaya matahari belum maksimal menyinari permukaan. Seiiring menjelang siang, sinar matahari maksimal menyinari permukaan sehingga cuaca kabut akan terangkat ke udara sehingga jarang pandang mulai jernih," kata Ramlan.