Komentar Seksisme Presiden Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 Berbuntut Panjang

JAKARTA - Presiden Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 Yoshiro Mori boleh jadi sangat menyesal, mengetahui komentarnya yang bernada seksisme kini berbuntut panjang. Bukan hanya terhadap dirinya, tapi juga kepada pesta olahraga empat tahunan antar negara tersebut.

Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 disebut akan menggelar pertemuan pada Jumat mendatang, seiring dengan banyaknya protes terkait komentar Mori. Sebab, protes bukan hanya datang dari individu, tapi juga mitra komite. 

Pekan lalu, Mori mengeluarkan komentar seksisme saat menggelar rapat Komite Olimpiade Jepang, Rabu 3 Februari. Ia menyebut, rapat dengan wanita membutuhkan waktu lama. Wanita juga disebutnya bersaing satu sama lain. Meski sudah minta maaf, publik dan masyarakat Jepang belum bisa menerimanya.

Sebanyak 400 sukarelawan olimpiade mengundurkan diri dan 5.500 lainnya sudah melakukan pengaduan kepada panitia penyelenggara lokal, menurut media Jepang seperti dilansir Reuters.

“Kami menangani ini dengan sangat serius,” kata Menteri Olimpiade Seiko Hashimoto pada Selasa pagi ketika ditanya tentang pengunduran diri para relawan.

Daichi Oyama (28) yang mengundurkan diri dari menjadi sukarelawan karena masalah virus corona mengatakan, lebih baik Mori berhenti daripada setiap kali dia mengatakan sesuatu menjadi lebih buruk. 

“Ini bukan hanya berita Jepang, seluruh dunia mendengar apa yang dia katakan dan ada tentangan yang muncul. Itu hal yang sangat memalukan bagi Jepang," ungkapnya.

Petisi online untuk menuntut tindakan Mori sejauh ini sudah mendapatkan dukungan 140 ribu tanda tangan. Bahkan, editorial dari Harian Mainichi terang-terangan meminta Mori untuk mundur. 

"Ini bukan masalah yang bisa ditutup dengan pencabutan atau permintaan maaf," tulis editorial tersebut.

Selain relawan, sponsor Olimpide Tokyo juga kecewa dengan komentar Mori dan memilih untuk menjauhkan diri. Perusahaan asuransi Nippon Life Insurance Company mengatakan kepada Harian Asahi, mereka kecewa dengan pernyataan tersebut dan telah menjelaskannya kepada panitia penyelenggara.

Sementara, Ketua Federasi Bisnis Jepang (Keidanren) yang berpengaruh di Negeri Sakura, Hiroaki Nakanishi yang sebelumnya menahan diri, ikut angkat bicara terkait hal ini.

"Saya merasa itulah yang sebenarnya dipikirkan sebagian orang di Jepang, menjadi kebiasaan di Jepang untuk membedakan antara pria dan wanita, tetapi pemikiran itu sudah ketinggalan zaman. Dan, media sosial itu sangat menakutkan, mengingat betapa cepatnya komentar dibagikan dan disebarkan secara online," katanya menurut TV Asahi.