Ratusan Kapal Nelayan Kandas di Alur Pelabuhan Air Katung Bangka
PANGKALPINANG - Ratusan kapal nelayan kandas dan terjebak di alur Pelabuhan Air Katung Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, karena alur pelabuhan tersebut mengalami pendangkalan dan penyempitan.
"Kami meminta perusahaan yang mendapat surat perintah kerja (SPK) dari Pemprov Kepulauan Babel untuk segera mengeruk alur dan muara pelabuhan ini," kata Kepala Lingkungan (Kaling) Pelabuhan Air Kantung Edo Meirdiano dilansir ANTARA, Senin, 9 Oktober.
Pendangkalan alur Pelabuhan Air Katung merupakan area pelabuhan utama di Sungailiat Bangka, tempat bersandar dan keluar masuk ratusan kapal nelayan, kapal pengangkut sembako serta kapal patroli pemerintah.
Pemprov Kepulauan Babel telah mengeluarkan SPK kepada perusahaan untuk segera melakukan pengerukan alur dan muara pelabuhan tersebut.
"Hingga saat ini SPK itu belum terlaksana dan bagi perusahaan yang telah memiliki SPK tersebut segera melaksanakan pekerjaannya, agar lalulintas kapal di pelabuhan ini kembali lancar," katanya.
Saat ini kondisi pelabuhan semakin dangkal dan menyempit, sehingga kapal berkapasitas di atas 5 gross tone tidak bisa lagi melewati muara akibat pendangkalan.
"Jangan sampai karena alasan politik kepentingan, pendangkalan alur muara ini semakin berlarut-larut," sambung Edo.
Baca juga:
- Pembahasan Cawapres Ganjar di Koalisi Mengerucut ke 3 Nama, Mahfud, Sandiaga dan Khofifah
- Dewas KPK Kumpulkan Bahan dan Keterangan Dugaan Pertemuan Firli-SYL
- Mahfud Pastikan Tak Ada Kiriman Kabut Asap ke Negara Tetangga
- Dilobi Ketua TPN Ganjar Arsjad Rasjid, Yenny Wahid akan Salat Istikhoroh Tentukan Dukungan Capres
Salah seorang nelayan Bangka Andi mengatakan saat ini ada sekitar 150 kapal nelayan yang kandas atau terjebak di alur pelabuhan, karena alur muara dipenuhi sedimentasi yang menggunung hingga belasan meter.
"Kami berharap alur muara ini segera dikeruk agar nelayan bisa keluar masuk dengan mudah. Saat ini terjadi penyempitan dan pendangkalan," katanya.
Pendangkalan semakin parah dengan kedalaman hanya sekitar satu meter. Sementara lebar alur muara hanya tersisa lima meter, sehingga kapal nelayan sering mengalami kerusakan bahkan terpaksa harus dikandaskan sembari menunggu pasang air laut.
"Kalau dibiarkan ini berlarut-larut, perekonomian nelayan tidak akan bergerak. Hanya utang yang akan tumbuh. Hasil tangkapan belum tentu dapat, kapal justru berisiko rusak," ujarnya. *