Festival Santet Hanya Secuil Bukti Eksistensi Dukun Nusantara Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata
JAKARTA - Minggu lalu ruang publik diramaikan dengan wacana Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) yang akan menghelat Festival Santet di Banyuwangi. Selain karena lesunya bisnis diterpa pagebluk, event itu juga membawa misi mengubah citra buruk para dukun. Namun ternyata ini baru sedikit bukti bahwa ternyata eksistensi dukun di Nusantara memang tak bisa dipandang sebelah mata.
Pandemi COVID-19 merontokkan dunia bisnis termasuk praktik perdukunan. Di Banyuwangi, salah satu kota dikenal banyak dukunnya, menjadi salah satu yang paling terdampak.
Hal itu bahkan membuat profesi yang dikenal penyendiri dan sembunyi-sembunyi, kini menerobos ke permukaan. Mereka berserikat membentuk Persatuan Dukun Nusantara.
Perdunu dibentuk agar masyarakat tidak terjerumus aksi dukun abal-abal yang kerap menipu. Layaknya organisasi, Perdunu punya program kerja. Gus Abdul Fatah Hasan yang terpilih menjadi ketua Perdunu membeberkan beberapa di antaranya.
Pertama, menggelar doa bersama dan pengobatan gratis pada akhir Februari ini. Dan kedua, yang paling heboh, mereka akan menghelat Festival Santet pada Agustus mendatang.
"Banyak macam yang akan kita gelar di festival itu. Nanti bagaimana pengenalan orang terkena santet atau sihir. Dan juga kita kenalkan destinasi mistis di Banyuwangi. Ada 3 kalau ndak salah tadi usulannya. Alaspurwo, Rowo Bayu dan Antaboga," kata Gus Abdul dikutip Detik.
Budayawan yang mengajar di Universitas Mercu Buana Bambang Widiatmoko mengatakan gelaran yang berkaitan erat dengan praktik perdukunan itu bukanlah barang baru. "Itu hanya perhelatan yang dimunculkan kembali," kata Bambang saat dihubungi VOI.
Menurut Bambang praktik spiritual sejenis jamak ditemui di berbagai suku. "Dimana-mana ilmu santet itu emang ada. Di banyak daerah istilahnya berbeda-beda dengan media yang beragam."
Kebetulan, kata Bambang, Banyuwangi memang lebih dikenal sebagai kota yang banyak dukunnya. Tapi bukan cuma Banyuwangi yang terkenal dengan hal-hal semacam spiritual seperti ini. Contoh lainnya Sumedang.
Di Kota Tahu tersebut, ada sebuah tempat yang kerap dikunjungi para pelancong yang demen wisata religi atau spiritual. Namanya Komplek kuburan Marongge.
Kawasan ini dikenal sebagai tempat bagi orang yang tertarik untuk mendapatkan ilmu pelet. Konon, menurut cerita yang beredar, pelet Marongge dianggap mujarap untuk menggaet lawan jenis.
Seiring berkembangnya zaman, praktik perdukunan bergerak dinamis. Menurut Budayawan Bambang Widiatmoko dunia perdukunan berusaha menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Kedua contoh kasus itu baru sebagian kecil atas bukti eksistensi dukun tak bisa dipandang sebelah mata. Sebab masih ada jutaan dukun yang ada di Nusantara.
Kita bisa memperhitungkan eksistensi mereka dari pengakuan para spiritualis yang awal tahun lalu mengaku siap turun langsung untuk membela Tanah Air apabila perang di Pulau Natuna pecah. Para deklarator itu di antaranya Ki Joko Bodo, H Ridwan Koboy dan Pangeran Wong Sinting.
Lewat akun YouTube Mistero Channel, mereka mengklaim siap menerjunkan lima juta paranormal seluruh Indonesia untuk membela NKRI. "Kekuatan-kekuatan spiritual akan kita kerahkan untuk membantu NKRI ini agar tetap abadi. NKRI harga mati," ucap Ki Joko Bodo.
Dinamis
Seiring berkembangnya zaman, praktik perdukunan mengalami perubahan. Kalau dulu para dukun membuka jasa dengan sembunyi-sembunyi dan hanya bisa ditemui di pelosok. Kini, menurut Budayawan Bambang Widiatmoko para dukun tersebut sudah berani terang-terangan, bahkan mereka berani berserikat dan membuat sebuah gelaran acara.
"Meski di satu sisi tak sedikit yang dianggap musuh juga. Namun mereka membuktikan, meski menjadi tukang santet mereka bisa membuktikan kelebihannya," kata Bambang.
Kata Bambang, sepanjang ilmu mereka digunakan untuk hal-hal yang baik, itu tak jadi masalah. Sebab, ia menyaksikan diri bagaimana ilmu santet memang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit non medis.
Bambang berkisah, suatu hari ia menyaksikan kawannya tergeletak sambil mengerang kesakitan di rumahnya. Sambil menahan sakit, dia meminta Bambang untuk membawanya kepada "orang pintar."
Baca juga:
Setelah sampai, Bambang menyaksikan sendiri bagaimana kawannya itu diobati. "Mulut si Kiyai seperti mencabut paku dari punggung teman saya, dan itu saya menyaksikan sendiri," katanya.
Dari situ Bambang yakin bahwa praktik paranormal memang ada manfaatnya. Namun, menurutnya saat ini dunia spiritual memang punya satu pekerjaan rumah penting: mengubah pandangan negatif khalayak. "Mengubah pandangan itu yang penting," pungkasnya.