Kapolri Minta Anak Muda Waspadai Jaringan Narkoba-Terorisme
YOGYAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta generasi muda mewaspadai munculnya gabungan jaringan narkoba dengan terorisme yang telah dikenal di dunia dengan nama "narkoterorisme".
"Kelompok teroris ini sekarang bergabung dengan jaringan narkoba yang dikenal di dunia dengan nama 'narkoterorisme'. Jadi ini yang terjadi dan ini yang sedang kita hadapi saat ini di Indonesia," kata Listyo Sigit Prabowo saat menyampaikan kuliah kebangsaan dengan tema "Generasi Berkemajuan dalam Perspektif Keamanan Berbangsa Bernegara" di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dilansir ANTARA, Jumat, 29 September.
Menurut Kapolri, para pengedar narkoba maupun kelompok teroris mulai beraksi dengan cara-cara halus demi menyasar generasi muda yang menyesuaikan kegemaran atau hobi anak muda.
"Mereka masuk dengan halus, namun kemudian tiba-tiba kita terjerat, hati-hati," kata dia di hadapan ribuan mahasiswa.
Peredaran narkoba, kata Listyo Sigit, perlu terus diwaspadai mengingat jumlah pecandu narkoba di dunia meningkat hampir 45 persen dengan total mencapai 39,5 juta dalam 10 tahun terakhir.
Sedangkan di Indonesia, papar dia, jumlahnya tercatat lebih kurang 4,8 juta penduduk yang terpapar narkoba.
"Ini yang kita hadapi sekarang, tapi kami terus melakukan pengungkapan dan kami tidak pandang bulu untuk masalah ini," ucap dia.
Baca juga:
- Food Vlogger Codeblu Diperiksa sebagai Pelapor Pencemaran Baik Farida Nurhan
- Soal Cawapres Ganjar Pranowo, Hasto: Tunggu Tanggal Mainnya dari Ibu Megawati
- Kejagung Usut Dugaan Aliran Dana Kasus BTS Rp70 Miliar ke Komisi I
- Kejagung Cari Bukti Baru Aliran Dana Korupsi BTS ke Menpora Dito Ariotedjo Rp27 Miliar
Menurut Kapolri, kepolisian telah mengamankan 37.607 pelaku pengguna narkoba, termasuk di antaranya oknum kepolisian.
"Oknum polisi pangkatnya apa pun kita proses," ujar dia.
Jenderal Sigit menilai kalangan generasi muda, termasuk mahasiswa masih rentan terpapar narkoba, antara lain, karena terpengaruh kondisi lingkungan.
"Awalnya dibujuk teman-temannya, 'diledekin' setelah itu karena sering di-'bully' terpaksa dia mencoba, begitu mencoba pingin lagi dikasih gratis. Setelah ketagihan, barulah di situ malapetaka datang," ujar dia.
Demikian pula dengan terorisme dan radikalisme, menurut dia, masih gencar menyasar anak muda dengan menggunakan doktrin berkedok agama.
"Memang penyebarannya mudah sekali melalui internet bisa, kemudian caranya lebih halus," tutur Kapolri.