Curhat Pedagang Pasar Tanah Abang Sepi Pembeli: Kami Sudah Banting Harga Tetap Enggak Laris

JAKARTA - Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, mengeluhkan penjualannya yang menurun tajam belakangan ini.

Mereka pun protes dan meminta pemerintah untuk menutup TikTok Shop.

Hal itu diungkapkan mereka kepada Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki saat berkunjung ke Pasar Tanah Abang, pada Selasa siang, 19 September.

Berdasarkan pantauan VOI di lapangan, para pedagang pakaian di lantai LG Pasar Tanah Abang memasang selembaran kardus yang bertuliskan 'Tolong hapus TikTok Shop, Tolong pak, TikTok ditutup pak', hingga 'Kembalikan Tanah Abang yang dulu pak'.

Anton (36) salah satu pedagang yang memasang tulisan di kardus tersebut mengatakan, TikTok Shop telah sangat merugikan pedagang di Tanah Abang.

Sebab, harga yang ditawarkan di platform tersebut sangat murah dibandingkan di mal dan juga Pasar Tanah Abang.

"Ya, minta tolong sama pak Menterinya, online shop, TikTok yang pengaruh banget buat pedagang di sini, bisa (tolong dicarikan) lah solusinya," ujar Anton kepada wartawan.

Dia menilai, harga di TikTok Shop sangatlah murah dan tidak masuk akal.

Padahal, kualitas barangnya sama dengan yang dijual pedagang Pasar Tanah Abang.

"Di online itu harganya lebih murah dari pada di toko, padahal bahannya sama. Itu yang kami bingung, kenapa harganya bisa dijatuhin. Misalnya kami jual Rp100.000, di online bisa Rp49.000 atau Rp39.000," katanya.

Dengan adanya perbedaan harga tersebut, Anton mengaku kesulitan jika harus mengejar harga seperti di TikTok.

Sebab, kalau dirinya banting harga dan mengikuti TikTok itu semua tak bisa menutupi modal usaha.

"Kalau kami bikin sendiri juga tidak masuk harganya, kenapa di online bisa Rp39.000. Itu tak masuk di akal," ucapnya.

Tak sampai di situ, pedagang berusia 36 tahun tersebut juga mengeluhkan omzetnya menurun drastis saat ini.

Apabila biasanya Anton bisa mengantongi Rp20 juta per hari, namun saat ini jumlah tersebut sangat sulit untuk didapatkan.

"Kami sehari bisa (raih pendapatan) Rp20 juta lah sehari, sekarang jauh. Untuk dapat Rp2 juta saja nyarinya susah sehari, bingung otak saya," tuturnya.

Adapun pedagang lainnya bernama Anggi (31) juga mengeluhkan hal yang sama.

Dia meminta pemerintah segera menutup TikTok Shop karena membuat omzet penjualannya turun drastis.

"Omzet itu berkurang 80-90 persen. Biasanya (pendapatan) saya Rp40-50 juta, sekarang dapat Rp1 juta saja sulit," ujar dia.

Melihat harga yang begitu murah di TikTok Shop, Anggi pun telah menurunkan harga dagangannya, namun tetap saja tidak bisa lebih murah dari TikTok Shop.

"Kami sudah banting harga sampai di obral-obralin ini tuh, tetap masih enggak laris," ungkapnya.

Namun, tuntutan tersebut belum sempat mendapatkan respons dari Teten lantaran tak semua toko di Pasar Tanah Abang dikunjunginya.

Adapun sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mendorong agar pemerintah Indonesia segera merancang aturan perdagangan secara elektronik untuk membatasi masuknya produk impor di toko online, termasuk TikTok Shop.

Dalam hal ini, dia berkaca dari India dan Amerika Serikat (AS) yang berani melarang operasi TikTok.

"Mengenai pengaturan perdagangan secara elektronik menurut saya ini urgent sekali untuk segera kami tata. Hari ini, penjualan di online (secara daring) sudah dikuasai oleh produk luar," kata Menteri Teten dalam Rapat Kerja bersama Menteri Investasi/Kepala BKPM, serta Komisi VI DPR RI, di Jakarta, dikutip Selasa, 5 September.

"India pun berani menolak TikTok, itu Amerika juga melarang TikTok misalnya, penjualannya boleh, tapi nggak boleh disatukan dengan media sosial," tambahnya.

Teten menilai, orang yang berbelanja secara daring (online) telah dipengaruhi oleh perbincangan di media sosial itu sendiri.