Soal Penerapan 5G di Indonesia, Palo Alto: Kenapa Tidak Maksimalkan 4G Dulu?
JAKARTA - Laporan terbaru dari perusahaan keamanan siber global Palo Alto Network mengungkapkan ada sebanyak 88 persen bisnis di Indonesia mengaku sedang mengerjakan strategi 5G.
Tapi, bersamaan dengan itu, mereka justru merasa khawatir terkait dengan pengamanan data 5G dan lapisan aplikasinya. Di mana, menurut Steven Scheurmann, Regional Vice President untuk ASEAN di Palo Alto Networks 5G memiliki kemungkinan transfer data yang lebih banyak dan lebih cepat.
"5G itu susah karena 5G itu memiliki possibility untuk transfer datanya yang lebih banyak dan lebih cepat. Jadi 5G membagikan informasi dengan sangat-sangat cepat, dan itu susah untuk dikontrol," ujar Steven dalam Media Briefing: Laporan Kondisi Keamanan Siber di ASEAN 2023 oleh Palo Alto Networks di Jakarta pada Senin, 18 September.
Country Manager Indonesia Palo Alto Networks, Adi Rusli juga menambahkan bahwa sebelum memasuki era 5G, alangkah lebih baiknya jika pemerintah dan swasta memaksimalkan jaringan 4G yang saat ini tersedia di Indonesia.
“5G is good. Tapi kita realitas saja di Indonesia, di basement sinyal hilang, atau di tempat tertentu masih banyak blank spot. 5G mungkin akan membantu, tapi ingat, 80 persen daripada connectivity yang digelar, baik oleh pemerintah ataupun swasta belum menyentuh daerah luar terpencil. Konektivitasnya paling tersedia di Sumatera, Jawa Barat. Padahal kita punya 16.000 lebih pulau,” ujar Adi.
Baca juga:
- State of Cybersecurity ASEAN 2023: 90 Persen Perusahaan di Asia Pasifik Yakin dengan Sistem Keamanannya
- Kementerian Keuangan Kuwait Terkena Serangan Siber, Server Masih Terisolasi
- Pemerintah China Akan Bentuk Kelompok Kerja untuk Menetapkan Standar Metaverse
- Airasia Superapp Perbarui Namanya Menjadi airasia Move dengan Susunan Kepemimpinan Baru
Adi juga menyatakan bahwa penerapan 5G bisa jadi tepat atau tidak. Karena menurutnya, layanan 4G atau 3G sebenarnya bisa dimanfaatkan terlebih dahulu agar seluruh daerah terjangkau akses tersebut, untuk menghindari adanya blank spot.
“Apakah 5G sesuatu yang tepat? Bisa iya dan bisa tidak. Tapi kenapa tidak kita manfaatkan dulu 4G-nya, kenapa tidak kita mengakselerasi infrastruktur yang 4G? Paling tidak bisa memberikan konektivitas yang lebih cepat, terutama untuk 80 persen dari total luas wilayah Indonesia,” sambungnya.
“Dari sana nanti kita bisa maju ke berikutnya, bagaimana semua bisa menjadi katalis untuk melakukan digital transformation dan lain sebagainya,” pungkas Adi.