ASEAN Dinilai Perlu Mengubah Model Perdagangan

JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Universitas Jember Adhitya Wardhono, PhD mengatakan bahwa ASEAN perlu memprioritaskan perubahan model perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan mitra-mitra di kawasan lain.

"Perlu upaya menggeser model perdagangan lama yang berbasis komoditas menjadi teknologi dan jasa berkualitas tinggi, sehingga tercipta sumber penerimaan ekonomi baru yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan," kata Adhitya Wardhono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jember, Sabtu.

Menurutnya, hal itu tercermin dari kecondongan dalam meningkatkan konektivitas serta kualitas pembangunan manusia melalui fasilitasi perdagangan, digitalisasi, keuangan, pangan, hingga energi.

"Apabila elemen itu berhasil terlaksana dengan baik, nantinya dapat meningkatkan value dan daya saing dari ekonomi ASEAN, khususnya dalam bidang pengadaan jasa serta pariwisata," tuturnya.

Melalui peningkatan konektivitas dan perbaikan pada berbagai aspek itu, lanjut dia, niscaya menciptakan nuansa ekonomi ASEAN yang lebih dinamis dan dapat saling melengkapi kebutuhan anggotanya maupun blok ekonomi lain lewat pengadaan produk intangible.

Ia menjelaskan bahwa ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan nampaknya bukanlah sekedar gimik belaka karena di tengah kondisi serta tensi geopolitik global yang sedang tidak baik-baik saja, ASEAN terbukti masih mampu mempertahankan posisi netralnya dan merupakan salah satu kawasan dengan iklim ekonomi paling stabil.

"Kondisi itu tercermin dari usaha ASEAN dalam menjaga suasana kebatinan para anggotanya dan gencar dalam melakukan diplomasi untuk menyelesaikan konflik serta menjalin kerja sama dengan berbagai kawasan ekonomi luar," katanya.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unej itu mengatakan KTT ASEAN di Jakarta tidak hanya dihadiri oleh negara anggota ASEAN saja, tetapi sembilan negara mitra lain yang di antaranya termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok karena kedua negara itu adalah mitra strategis bagi ASEAN.