Puan Minta Penanggulangan Karhutla Dilakukan Secara Efektif, Termasuk di Gunung Arjuno

JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani meminta Pemerintah melakukan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) secara efektif. Apalagi, karhulta juga menjadi salah satu penyumbang polusi yang menyebabkan kualitas udara di sejumlah daerah memburuk.

"Karhutla adalah masalah serius yang memiliki dampak luas, baik bagi masyarakat maupun lingkungan hidup. Untuk itu, saya mendorong Pemerintah untuk mengoptimalkan cara yang cepat dan efektif dalam mengatasi penyebaran luasan titik api karhutla di sejumlah wilayah," kata Puan, Kamis 7 September.

Seperti diketahui, kualitas udara di berbagai daerah memburuk akibat karhutla. Seperti di Jambi di mana karhutla menyebabkan indeks standar pencemaran udara (ISPU) di daerah tersebut berada di angka 120, parameter yang artinya dalam kategori sedang atau tidak sehat.

Berdasarkan data tim Satgas Karhutla, ditemukan sebanyak 335 hektare lebih yang terbakar sampai saat ini tersebar pada beberapa titik di Jambi. Karhutla juga menyebabkan Jambi diselimuti kabut asap selama beberapa hari terakhir.

Di sejumlah wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) juga terjadi karhutla hingga menyebabkan kualitas udara di Provinsi tersebut masuk level tidak sehat, khususnya di Palembang. Selain di Sumatera, karhutla juga terjadi di wilayah Kalimantan.

Bahkan di Kalimantan Barat (Kalbar), ratusan warga Kabupaten Ketapang terpaksa mengungsi akibat titik api yang terus meluas. Puan meminta Pemerintah untuk bergerak cepat melakukan pemadaman sehingga titik api tidak semakin bertambah.

“Dan penting sekali agar Pemerintah bersama pihak berwenang mengetatkan pengawasan serta menegakkan sanksi terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan,” tegas perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

“Karena selain mengancam kesehatan masyarakat, karhutla juga berdampak langsung terhadap sektor ekonomi dan pendidikan. Ada banyak sekali yang dirugikan akibat karhutla sehingga butuh upaya penanggulangan yang lebih,” sambung Puan.

Mantan Menko PMK ini pun menyoroti bagaimana karhulta yang menghasilkan asap menjadi salah satu penyumbang polusi udara. Menurut Puan, penanggulangan karhulta harus dilakukan secara khusus mengingat kondisi Indonesia yang saat ini sedang darurat polusi udara, termasuk di ibu kota DKI Jakarta dan sekitarnya.

"Asap tebal dari kebakaran lahan menghasilkan polusi udara yang berbahaya, yang dapat mengakibatkan masalah pernapasan dan kesehatan lainnya bagi masyarakat yang terkena dampaknya," tutur cucu Bung Karno itu.

Sebagai informasi, karhutla menghasilkan berbagai jenis emisi yang bisa memberi dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), karhutla yang terjadi di seluruh Indonesia selama periode Januari-Juli 2023 sudah menghasilkan emisi karbon sekitar 9,60 juta ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e).

“Kita tidak boleh main-main menghadapi kondisi karhutla hari ini. Semua stakeholder harus sigap bergerak. Pemerintah Pusat bisa memberi bantuan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) karena karhutla erat kaitannya dengan penanganan polusi udara yang sedang digencarkan,” ujar Puan.

Di Pulau Jawa, karhutla besar juga tengah terjadi dengan meluasnya kebakaran hutan dan lahan di Gunung Arjuno, Jawa Timur. Tercatat, sudah 4.403 hektare lahan dan hutan di Gunung Arjuno yang terbakar.

Dari informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batu, Jawa Timur, kebakaran lahan di Gunung Arjuno telah berlangsung selama 12 pekan yang dengan 149 titik api yang terpantau melalui udara. Meski begitu, baru 39 titik api yang berhasil dipadamkan di sekitar wilayah Batu dan Pasuruan.

Puan berharap upaya pemadaman yang cepat dapat dilakukan untuk melindungi lingkungan, ekonomi, kesehatan, serta warisan sosial dan budaya yang berharga.

“Kebakaran dapat menghancurkan ekosistem alami dan mengakibatkan kerusakan lingkungan jangka panjang. Ini dapat mempengaruhi kualitas air, tanah, dan udara serta mengancam keberlanjutan sumber daya alam.,” ungkapnya.

Gunung Arjuno yang terletak di Jawa Timur dikelilingi oleh hutan yang kaya akan flora dan fauna. Selain menyumbang polusi udara, karhutla di Gunung Arjuno juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat di sekitar lokasi kebakaran.

"Hutan dan lahan yang gundul akibat kebakaran akan merusak ekosistem flora dan fauna. Jadi selain dampak pada kesehatan masyarakat, juga akan mengganggu habitat hewan dan tumbuhan yang berada di Gunung Arjuno," terang Puan.

Upaya pemadaman yang maksimal dengan melibatkan gabungan personel dan peralatan yang memadai pun diharapkan dapat dilakukan secara maksimal. BNPB Kota Batu sendiri sudah berencana menambah armada helikopter supaya water bombing atau pemadaman lewat udara semakain gencar dilakukan.

Namun upaya tersebut masih terkendala karena sekitar 31 helikopter yang ada saat ini masih terfokus pada penanganan Karhutla di wilayah lain yaitu di Karhutla Kalimantan dan Sumatera. Puan pun mengingatkan pentingnya langkah pencegahan dilakukan dengan seksama.

"Di saat musim kemarau tiba, Karhutla di Indonesia menjadi rentan. Terlebih angin kencang semakin membuat kebakaran meluas dan akhirnya membutuhkan peralatan yang lebih banyak," ucapnya.

"Padahal kebakaran hutan ini kerap terjadi di negara kita yang harusnya disiapkan langkah antisipasi dengan mengadakan peralatan yang memadai. Sehingga cukup untuk menyetop titik api di awal sebelum kebakatan meluas terjadi," tambah Puan.

DPR juga mendorong Pemerintah mengoptimalkan penggunaan teknologi, seperti satelit dan drone untuk pemantauan dan pemadaman yang lebih efisien. Di sisi lain, Puan juga menyayangkan adanya oknum yang dengan sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan demi kepentingannya sendiri.

"Pemerintah harus memberlakukan hukuman yang tegas bagi mereka yang bertanggung jawab atas kebakaran lahan yang disengaja. Dalam menghadapi ancaman kebakaran lahan, kesigapan Pemerintah adalah kunci," urainya.

Puan pun bercerita, belum lama ini ia mengunjungi kawasan wisata Dieng yang lokasinya dikelilingi oleh gunung-gunung. Ia menyebut, keindahan alam di kawasan pegunungan yang sangat memukau merupakan tanggung jawab bersama untuk melestarikannya.

"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam kita, dan tindakan yang tepat dapat mengurangi dampak buruk dari kebakaran lahan dan melindungi kekayaan alam yang kita cintai," tukas Puan.

Lebih lanjut, Puan mengingatkan bahwa musim kemarau tahun ini kemungkinan akan lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. Untuk itu, ia meminta Pemerintah untuk bersiap dengan kemungkinan terburuk bertambahnya karhulta di berbagai daerah.

"Musim kemarau yang panjang dan cuaca kering telah meningkatkan risiko kebakaran lahan di berbagai daerah di Indonesia. Saya berharap upaya pencegahan dan pemadaman yang cepat dapat dilakukan untuk melindungi alam dan rakyat kita," ujarnya.

Puan juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat. Hal ini mengingat karhutla dapat mempengaruhi masyarakat secara sosial dan budaya dengan mengancam rumah, harta benda, dan warisan budaya mereka.

“Masyarakat perlu diberitahu tentang pentingnya menjaga kawasan hutan dan lahan selama musim panas yang rentan terhadap kebakaran. Program kesadaran masyarakat harus ditingkatkan,” tutup Puan.