Rayakan Budaya dan Ekonomi Asia Tenggara, BI Selenggarakan ASEAN Fest 2023

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) pada pekan ini menyelenggarakan ASEAN Fest yang merupakan pagelaran inklusif sektor keuangan sebagai bagian dari Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. Agenda ini masuk dalam side event ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AMFGM) kedua.

Disebutkan bahwa ASEAN Fest menyelenggarakan banyak kegiatan, seperti seminar, sebagai wahana edukasi kultur, kuliner seluruh negara ASEAN, museum ASEAN, serta pameran UMKM.

“Kita semua negara ASEAN adalah keluarga, inilah yang membuat ASEAN matters. Hal itu yang mendasari ASEAN Fest 2023. Marilah datang kemari setiap hari (hingga 25 Agustus 2023). Saksikan pameran kebudayaan seluruh negara ASEAN serta hadiri seminar dan talkshow seputar ASEAN," ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Rabu, 23 Agustus.

Perry menjelaskan, pihaknya juga menyelenggarakan Digital Financial Inclusion (DFI) Festival untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, serta meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya literasi keuangan digital.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan jika ASEAN telah menjadi acuan dalam penerapan bauran kebijakan melalui implementasi berbagai perangkat kebijakan termasuk intervensi nilai tukar, pengelolaan arus modal, maupun kebijakan makroprudensial di tengah kondisi ketidakpastian global.

“Indonesia telah sukses dalam implementasi bauran kebijakan ekonomi yang telah dilandasi oleh conceptual framework yang kuat dan koordinasi antar pembuat kebijakan melalui dialog terbuka. Hal ini dibuktikan dengan perekonomian Indonesia yang tetap stabil di tengah tantangan global,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Sentral Thailand Sethaput Suthiwartnarueput menyampaikan pengalaman dan tantangan yang dialami negaranya dalam implementasi bauran kebijakan ekonomi.

Menurut dia, penting untuk melakukan koordinasi antar pengambil kebijakan yang kuat dalam memastikan penerapan kebijakan yang efektif.

“No one policy fits to all serta perlunya fleksibilitas dalam operasionalisasi bauran kebijakan sesuai dengan kondisi dan kesiapan masing-masing negara sangat penting dilakukan,” katanya.

Senada, Deputi Gubernur Bank Sentral Filipina Francisco G. Dakila mengutarakan perlunya integrasi berbagai instrumen kebijakan untuk dapat menyeimbangkan interaksi antar instrumen yang diimplementasikan.

“Harus ada komunikasi yang kuat mengingat bauran kebijakan bersifat multi-objectives,” tegas Deputi Dakila.